Bahkan Barbara Leigh, seorang peneliti asal Australia, menemukan bahwa di Aceh ada banyak perajin perhiasan. Tidak itu saja, karya seni emas seniman dari Aceh menghasilkan perhiasan dan kerajian yang mengagumkan dunia. Apalagi jarang sekali orang Aceh yang memakai perhiasan imitasi.
Keanekaragaman perhiasan emas ini juga disebabkan oleh kondisi geografis di Aceh, pulau yang juga terkenal dengan kaya emas sejak zaman dulu-Swarnadwipa---pulau emas.
Ketika bangsawan Inggris, John Davis, mengunjungi Aceh pada 1598, ia melihat emas sebagai mata dagangan yang luas diperjualbelikan. Bahkan, emas pun dilekatkan di makam para raja Aceh. Daya tarik itu juga tercatat dalam laporan Agustin de Beauliu, seorang Perancis yang mencatat setidaknya ada 300 perajin emas---sebutannya utoh meuih---di istana Sultan Iskandar Muda.
Para utoh meuih tersebut di kenal dengan kejelian dan kecermatannya serta ketekunannya dalam mengolah seni perhiasan emasnya. Saat membuat perhiasan, utoh lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Mereka menggunakan penghayatan seni untuk membuat suatu perhiasan.
Sehingga tidak sedikit kolektor perhiasan dunia yang memburu perhiasan Aceh buatan zaman lampau. Selain kualitasnya bagus, perhiasan ini punya bentuk dan model yang klasik sehingga punya nilai seni tersendiri. Dalam laporan penelitian Leigh, disebutkan perhiasan tradisional itu berhubungan dengan kehidupan masyarakat Aceh, seperti kultural dan keagamaan.
Dengan kesyariatan di Aceh pun, emas justru menjadi pelengkapnya. Motif perhiasan yang digunakan di perhiasan tradisional Aceh ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tak heran mayoritas motifnya berupa sulur tanaman dan bunga-bungaan. Ada juga perhiasan yang bermotif hewan seperti burung dan ikan. Salah satu perhiasan Aceh adalah cupeng.
Perhiasan ini digunakan untuk menutup kemaluan anak perempuan usia 1-4 tahun. Cupeng ini berbentuk daun sirih serta terbuat dari emas dan permata. Ada juga yang terbuat dari perak dan suasa. Motifnya ini bervariasi tergantung dari kesukaan orang tua anak.
Selain cupeng, ada juga jenis-jenis lainnya perhiasan tradisional di Aceh. Misalnya, subang aceh. Subang ini merupakan anting-anting tradisional yang berbentuk bunga matahari yang berujung kelopak runcing. Subang aceh terbuat dari emas dan perak dengan diameter 6 cm. Perhiasan ini juga disebut dengan subang bungong mata uro (bunga matahari).
Selanjutnya, ada yang namanya peuniti. Penyemat baju wanita ini terbuat dari emas dengan tiga motif hiasan dari pinto aceh---pintu rumah Aceh. Motif ini berupa bulatan kecil seperti telur ikan, pucuk pakis, dan bunga.
Selain wanita, perhiasan juga dipakai oleh kaum adam, yaitu ayeum gumbak. Perhiasan ini dipakai dalam acara-acara tertentu, seperti pernikahan dan acara adat. Ayeum gumbak dipasang di sisi kanan tengkulok kupiah meukotob. Perhiasan ini terbuat dari emas atau perak yang berlapis emas, serta permata.
Pilihan investasi emas karena sudah menjadi sebuah tradisi, bahkan dari pendapatan seperti gaji bulanan bagi ASN pun banyak yang memilih menyimpannya dalam bentuk emas. Apalagi ketika datangnya momen Tunjangan Hari Raya (THR), toko penjual emas biasanya kebanjiran order karena mengalihkan sebagian dana tersebut untuk menabung emas menjadi pilihan bijak.
Selain menghindari pengeluaran konsumtif, menabung emas juga berfungsi sebagai investasi jangka panjang yang stabil dan sesuai dengan prinsip syariah. Tradisi ini sejalan dengan kebiasaan masyarakat Aceh yang telah lama memanfaatkan emas sebagai alat simpan dan investasi untuk masa depan.
referensi; pesona emas Aceh, Mayam Aceh berapa gram, pegadaian
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI