Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waspadai Cancel Culture, Jangan Hanya Latah Nanti Bisa Kepradah!

9 Februari 2025   21:55 Diperbarui: 17 Februari 2025   17:07 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kasus jhonny deep-sumber foto -kompas--AFP/DANIEL LEAL-OLIVAS

Adanya peningkatan kesadaran tentang pentingnya akuntabilitas, terutama bagi orang-orang atau institusi yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat, seperti selebriti, politisi, atau perusahaan besar.

Cancel culture muncul sebagai bentuk tekanan sosial untuk memastikan bahwa individu atau entitas yang melakukan tindakan merugikan tidak dibiarkan begitu saja tanpa konsekuensi. Orang merasa bahwa media sosial memberikan mereka platform untuk menuntut pertanggungjawaban, terutama bagi mereka yang telah memiliki status atau kekuasaan yang tidak terjangkau oleh kritik tradisional.

respon publik terhadap cancel culture--sumber gambar newport institute
respon publik terhadap cancel culture--sumber gambar newport institute

Kini nilai-nilai sosial dan budaya juga mengalami perubahan. Isu-isu terkait keadilan sosial, hak asasi manusia, keberagaman, dan inklusifitas semakin banyak mendapat perhatian. Masyarakat menjadi lebih sensitif terhadap masalah seperti rasisme, seksisme, homofobia, dan bentuk diskriminasi lainnya.

Cancel culture sering kali muncul sebagai respons terhadap ketidakadilan sosial yang dirasakan, terutama saat tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ini dilakukan oleh individu atau institusi yang memiliki pengaruh besar.

Orang bahkan seperti mulai menggantungkan nasibnya atas keadilan pada kekuatan media sosial untuk mendapat dukungan melalui cancel culture. Karena kekuatan media sosial lebih dahsyat daripada keadilan dalam versi lain yang mungkin tidak bisa dijangkau oleh kalangan tertentu. Padahal juga harus disertai kehati-hatian yang ekstra agar tidak berbalik menjadi senjata makan tuan dan menuai ancaman fenomena ini. Cancel culture juga berfungsi sebagai alat untuk melindungi kelompok-kelompok yang terpinggirkan atau kurang terwakili, seperti perempuan, minoritas etnis.

Fenomena ini muncul sebagai upaya untuk menciptakan ruang yang lebih aman dan inklusif di masyarakat digital. Jika seseorang terlibat dalam ujaran kebencian atau perilaku diskriminatif, cancel culture bisa muncul sebagai respons untuk menekan tindakan tersebut dan melindungi mereka yang menjadi korban dari diskriminasi atau ketidakadilan.

tudingan terhadap pelaku--cancel culture--sumber gamabgr milenianews
tudingan terhadap pelaku--cancel culture--sumber gamabgr milenianews

Cancel Culture Juga Bisa Menciptakan Tantangan

Dulu, banyak orang yang mungkin merasa bahwa tindakan kontroversial atau pernyataan ofensif hanya akan dianggap sebagai masalah pribadi, tanpa konsekuensi besar di tingkat publik. 

Namun, di era digital sekarang, individu dan entitas yang membuat pernyataan atau mengambil tindakan yang tidak disukai publik dapat menghadapi konsekuensi besar, seperti kehilangan pekerjaan, dukungan, atau bahkan dihukum oleh pengikut mereka. Ini menunjukkan pergeseran dalam bagaimana masyarakat menilai dan memberikan sanksi terhadap tindakan atau pernyataan yang dianggap tidak sesuai dengan norma atau etika sosial.

Contoh termutakhir yang menimpa seorang karyawan tetap di sebuah perusahaan tambang. Pernyataannya yang konyol meskipun dibubuhi canda dianggap sangat menyinggung keprihatinan publik.

Algoritma media sosial sering kali juga memprioritaskan konten yang kontroversial atau mengundang emosi. Ketika suatu isu atau pernyataan menjadi viral, algoritma ini akan memperbanyak penyebaran konten tersebut, memperburuk eskalasi masalah dan memungkinkan fenomena cancel culture berkembang lebih cepat.

Efek dari algoritma ini bisa memperkuat reaksi berlebihan dan memperburuk dampak sosial dari sebuah tindakan kontroversial, kadang-kadang tanpa memberikan kesempatan bagi individu untuk menjelaskan atau memperbaiki kesalahan mereka.

ilsutrasi repon publik terhadap cacnel culture-sumber gambar andi anderson medium
ilsutrasi repon publik terhadap cacnel culture-sumber gambar andi anderson medium

Dalam budaya digital, individu sering kali mencari validasi sosial atau pengakuan dari komunitas mereka, dan cancel culture sering kali bisa menjadi cara untuk menunjukkan solidaritas atau membuktikan bahwa mereka mendukung nilai-nilai tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun