Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Sebar Garam Daripada Sewa Pawang Hujan Saat PON 2024

10 September 2024   12:21 Diperbarui: 27 Januari 2025   20:51 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garam sumber gambar tiara kencana gemilang

Yang menarik dari sebuah acara akbar ternyata bukan hanya acaranya itu sendiri. Ada sisi-sisi yang nyaris terlewatkan tapi punya daya bius yang menarik. Salah satunya kehadiran"pawang hujan". Mengapa ini menarik?. Panitia yang sudah bersusahpayah menyiapkan venue tentu tak mau acaranya buyar hanya karena hujan deras mengguyur dan bisa jadi banyak materialnya akan gagal berfungsi atau rusak.

Misalnya petasan tak menyala, para penari basah kuyup, lampu ornamen padam. Dan genangan air menanggu konsentrasi. Maka kehadiran seorang pawang hujan tiba-tiba bisa menyita perhatian. Ketika PON Aceu-Sumut 2024 dibuka juga menyiapkan antisipasi agar hujan tidak turun. Apakah panitia menyewa "Pawang Hujan", atau mungkin menghadirkan Raden Roro Istiati Wulandari alias Rara?

Kehadiran Rara yang disebut sebagai pawang hujan di sirkuit Mandalika ketika itu, membuat banyak orang jadi tahu, ternyata hujan bisa dikendalikan atau "dihentikan sesaat" oleh manusia melalui kendali pikiran.

Persiapan modifikasi cuaca/sumber gambar setneg go id-antara
Persiapan modifikasi cuaca/sumber gambar setneg go id-antara

aksi pawang hujan/sumber gambar travel kompas
aksi pawang hujan/sumber gambar travel kompas

Apalagi aksinya begitu menghebohkan. Saat di Sirkuit Mandalika, Rara Isti Wulandari, berhasil membuat hujan lebat yang sempat menunda start MotoGP Mandalika reda. Ia beraksi berkeliling Sirkuit Mandalika saat hujan deras melanda.

Tentu saja aksinya itu menarik perhatian para pembalap MotoGP yang sedang bersiap di paddock masing-masing yang notabene mungkin menganggap ritual itu sebagai sesuatu yang aneh karena terkesan mistis dan supranatural.  Sehingga langsung viral di Twitter. Hal itu karena Rara berkeliling di bawah guyuran hujan deras sembari membawa mangkuknya dan membacakan mantra.

Tapi benarkah hal itu?. Tak sedikit orang juga meragukan. Saat Ajang balap di Mandalika digelar, kehadiran Rara dengan membawa peralatan khusus, seperti mangkuk emas untuk meredakan hujan di rea lokasi memang menjadi pusat perhatian, bahkan hingga ke manca negara.

Apalagi aksinya ketika membacakan mantra dan mengangkat alatnya tinggi-tinggi mangkuk emasnya.

Sebenarnya aksi seperti pawang itu memang menjadi sebuah tradisi atau kearifan lokal di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan menurut sebuah sumber media aksi itu juga ada tarifnya yang jumlahnya bervariasi.

Mulai dari harga Rp500 ribu untuk 1-4 jam, Rp750 ribu untuk 5-8 jam, dan Rp1 juta untuk satu hari penuh. Artinya masyarakat biasa juga sering memakai jasanya. Tentu bagi mereka yang memeprcayai atau meyakini ritual tersebut ada gunanya. Sebagiannya menganggap aksi tersebut tidak sesuai ajaran agama.

Tapi khusus untuk Mbak Rara ternyata dirinya digaji sebesar Rp5 juta per hari pada acara tersebut. Diketahui, ia dikontrak selama 21 hari kerja sebagai pawang hujan. Jika ditotalkan, maka jumlah bayaran yang diterima oleh Mbak Rara mencapai Rp 105 juta. Wow!

Terlepas dari debat tersebut, pawang hujan adalah sebuah julukan dari masyarakat Indonesia kepada seseorang yang ahli dalam mengendalikan hujan atau cuaca. Biasanya, orang tersebut mengatur cuaca dengan memindahkan awan.

Pawang hujan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ilham Triadi Nagoro misalnya mengklaim bisa 'menaklukkan' hujan di sejumlah area khusus di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ia mengendalikan hujan berbekal 5 keris dan 1.000 dupa.

Mbak Rara/sumber gambar kompastv
Mbak Rara/sumber gambar kompastv

Memangnya Apa yang dilakukan Pawang Hujan

Banyak orang mengira dengan mantranya seorang pawang hujan memang "menghentikan" hujan atas kehendaknya dengan ilmu atau mantra yang dimilikinya.

Tapi menurut sorang pawang senior yang juga seorang paranormal Jawa Tengah, Ki Joni Asmoro, menyebut dia dan rekan-rekan sejawatnya hanya mampu berkomunikasi dengan alam. Sebagai ahli spiritual, hanya berkomunikasi dengan alam, mintanya juga kepada Tuhan. Dan menurutnya dukun Rara bukanlah pawang hujan yang memiliki kemampuan mengendalikan hujan.

Ki Joni Asmoro menambahkan, seorang pawang hujan harus benar-benar bisa mengendalikan hujan. Sementara Rara menurutnya bukanlah pawang hujan.

Intinya pawang itu melakukan ritual untuk berdoa. Isi permintaan itu adalah doa agar tidak turun hujan. Bukan melakukan ritual yang benar-benar memperlihatkan kemampuan menggeser awan. Hanya meminta pada Tuhan supaya tidak diturunkan hujan. Maka dari doa itu Tuhan mengabulkan dan menggeser awan.

pembukaan PON aceh-sumut 2024/ sumber gambar kompas.id
pembukaan PON aceh-sumut 2024/ sumber gambar kompas.id

PON Aceh-Sumut dan Modifiksi Cuaca

Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 yang digelar di Aceh, tentu saja memiliki cara pandang yang sangat berbeda dalam menyikap aksi pawang hujan.

Alih-alih mengundang pawang kesohor, dengan bayaran super mahal, panitia PON memilih Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mencegah hujan turun saat pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatra Utara 2024.

Tentu saja bukan soal hemat pengeluaran, tapi juga menyangkut keyakinan soal syariat yang notebene memang menjadi pilihan Pemerintah Aceh yang memang sesuai dengan tradisi dan akar budayanya.

Tujuan  operasi modifikasi cuaca ini sebagai antisipasi agar pada saat pembukaan tidak turun hujan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan proses pembukaan PON.  Operasi modifikasi cuaca ini tidak hanya dilakukan satu kali tapi melalui beberapa tahapan dan telah dimulai dilakukan sejak 8--10 September 2024 menggunakan pesawat casa sortie 2 PK-SNN bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Aceh serta Smart Aviaton.

Setidaknya sebelum pembukaan sudah tiga kali penerbangan mengangkut penyemaian garam sejak kemarin sore sampai hari ini dan akan terus dilakukan sampai tanggal 10 nanti, agar saat penutupan nanti juga tidak terganggu proses acaranya.

Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, sampai saat ini modifikasi cuaca oleh BMKG telah menghabiskan empat ton garam natrium klorida (NaCL) untuk melakukan penyemaian di atas perairan laut pesisir barat Aceh Besar. Hingga menjangkau perairan Samudera Hindia serta beberapa titik lainnya.

Tujuannya kurang lebih ya seeprti aksi pawang hujan itu. Dilakukan sebagai upaya untuk mencegah bencana hidrometeorologi mengingat September-Oktober itu telah memasuki musim transisi kedua menuju musim hujan. jdi selain bermanfaat untuk PON juga untuk antisipasi bencana hidrometeorologi.

Memang sudah sesuai jamannya. Jika dulu belum dikenal pesawat dan garam natrium klorida (NaCL), maka kearifan lokal kita memanfaatkan doa atau mantra yang diyakini bisa menjadi pendukung doa agar Tuhan mengabulkan harapan agar hujan dapat dikendalikan dan acara atau hajatan menjadi tidak terganggu.

Kini dengan jaman yang makin canggih, modifikasi cuaca bisa dilakukan dengan dukungan alat dan bahan berteknologi tinggi. Dan terlepas dari perbedayaan kepercayaan dan keyakinan soal "modifikasi cuaca" atau "mengendalikan cuaca" ala para pawang, kita mungkin bisa melihatnya sebagai nilai kearifan lokal yang unik yang berasal dari Nusantara. Dulu barangkali para pawang dijuluki , pendekar atau mungkin pahlawan--local heroes. ;),

Tak hanya di Indonesia, ternyata ritual pawang hujan juga dikenal di beberapa negara lainnya. Bahkan hingga kini, profesi itu masih terus ada serta digunakan banyak orang.  

Jepang Negeri ternyata juga memiliki ritual penangkal hujan, objek yang digunakan adalah boneka bernama  Teru Teru Bozu, diketahui bahwa siapa yang ingin cuaca cerah di esok hari bisa menggantungkan boneka itu di jendela maupun atap rumah.  Kita sering melihat dalam visual di Jepang banyak ruma atau kebiasaan orang-orangnya menggantung boneka Teru yang berbentuk imut dengan kepala diikat dari kain putih dengan kepala botak.

boneka Teru Teru Bozu/sumber gambar shutterstock
boneka Teru Teru Bozu/sumber gambar shutterstock

Sebagai mitos yang sudah ada sejak zaman dahulu kala di Jepang, setiap acara olahraga atau event tertentu, pasti Teru Teru Bozu dipasang untuk menangkal hujan. 

Lalu India juga dikenal ritual khusus untuk mendatangkan hujan yang dilakukan sebelum musim hujan datang bernama Varuna Yajna. Ritual ini dilakukan untuk memuja dan menyenangkan dewa air agama Hindu, Varuna yang dipercaya bisa mendatangkan hujan. 

Biasanya yang melakukan ritual ini adalah para pendeta suci di kuil yang membenamkan diri dalam tong besar berisi air.  

Dan Thailand  negara tetangga kita juga punya ritual pengusiran hujan, dengan memakai tanaman serai dan gadis perawan. Saat ritual dimulai, warga setempat akan menancapkan batang serai ke tanah, kemudian meminta gadis perawan untuk berdoa agar hujan segera berhenti.  

Tak hanya negara Asia bahkan Brasil juga punya ritual tersebut.  lalu yang menarik dan membuat kita kaget bahwa ternyata Amerika Serikat (AS) ternyata juga meyakini soal ritual dan pernah memakai pawang hujan saat menggelar Festival Teater Ibero-Amerika. Dengan  memutuskan menyewa jasa pawang hujan bernama Jorge Eilas Gonzales seorang petani kopi dan pawang hujan dari pemerintah Kolombia yang melakukan ritual dengan menggabungkan unsur Kristen dan tradisi nenek moyang.

Ternyata unik juga ya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun