Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mak Meugang, Tradisi Ramadan Warisan Sultan, Dari Daging Turun Ke Hati

20 Maret 2024   23:58 Diperbarui: 21 Maret 2024   10:21 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa tradisinya disebut Meugang?.

Ada cerita unik, bahwa ternyata istilah "gang" ini diambil dari bahasa Aceh yang berarti pasar. Karena di saat jelang Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, keramaian itu membuncah, maka muncul istilah "Makmu that gang nyan" atau Makmeugang yang berarti makmur sekali pasarnya. Benar tidaknya, wallauhualam

Banyak sebutan yang disematkan pada tradisi menyiapkan daging yang diperuntukkan untuk menyambut ramadhan dan menjadi hidangan awal saat sahur.

Kami menyebutnya Meugang, tapi ada juga yang menyebutnya Makmeugang, atau haghi mamagang, atau uroe Meugang. Dalam kondisi ekonomi yang syulit sekalipun, daging meugang "harus" diadakan.

Meugang sendiri memiliki arti ‘memotong’ atau ‘memotong daging’. Dalam tradisi ini, masyarakat Aceh melakukan pemotongan hewan ternak seperti sapi atau kambing dan kemudian membagikan dagingnya kepada keluarga, tetangga, dan orang yang membutuhkan.

Kini tradisi Meugang telah masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kemendikbud dengan nomor registrasi 201600295, yang didaftarkan pada tahun 2016.

Jika dulu biasa dilakukan dengan memotong sendiri ternaknya mirip Qurban, kini beralih dengan membelinya di pasar pada para penjual daging.

Menurut tradisinya, Meugang juga dikaitkan dengan adanya cara orang Aceh, memuliakan tiga peristiwa. Pertama, satu hari sebelum memasuki bulan suci Ramadhan (meugang puasa), hari terakhir berpuasa atau satu hari sebelum memasuki hari raya Idul Fitri (meugang uroe raya puasa), dan sehari sebelum Idul Adha (meugang uroe raya haji).


Karena gembira dengan datangnya ramadhan, maka tradisi ini ada.

Di kampung tradisi ini akan sangat kental terasa, para menantu singgah ke rumah mertuanya, para anak pulang mengantara daging untuk orang tuanya atau saudara-saudaranya.

Ini juga menjadi momen menunjukkan kepedulain kepada keluarga dan sanak saudara. Mengantar bingkisan daging untuk orang tua, keluarga jauh, kerabat walimah. Lau tradisi ini tumbuh berkembang menjadi sakral bagi masyarakat Aceh.

Biasanya anak-anak yang telah berkeluarga akan mengirimkan daging untuk keluarganya maupun keluarga suami atau istrinya, sebagai bentuk penghormatan dan ucapan menyambut Ramadhan. Apalagi bagi pasangan yang baru menikah, seserahan meugang , menjadi buah tangan bagi keluarga besar mereka yang baru.

Darimana tradisi Meugang berasal awal mulanya?

Menurut penuturan pakar kebudayaan dan juga para orang tua, ini ada kaitannya dengan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Meugang diadakan oleh Sultan sebagai tanda gembira dan syukur atas datangnya bulan ramadhan penuh berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun