Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Guru Harus Merasa Sendirian Hadapi Masalah Kurikulum Merdeka, Kan Ada Kombel!

24 Januari 2024   01:12 Diperbarui: 24 Januari 2024   13:17 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru mengajar siswa.(DOK. Kemendikbud Ristek via Kompas.com)

"Rasanya waktu jadi nggak cukup lagi, mana mau ngajar, tapi deadline laporan juga keburu harus dikirim", seorang teman guru panik karena di antara kesibukan mengajar dengan jam penuh, harus melengkapi beberapa laporan. Akhirnya ia lari ke piket, memberikan beberapa catatan dan meminta siswa membuat catatan saja di kelas, karena ia berhalangan masuk.

Dilain waktu, ada guru yang meminta izin memakai laboratorium komputer, karena harus mengejar deadline laporan dan membiarkan anak-anak searching, sementara ia duduk di depan mengejar deadline laporannya. Tapi tak sedikit yang panik karena sama sekali tak memahami substansi laporannya. Apa yang harus dilakukan?

Tugas paling krusial dan terbaru paska transisi sekolah menggunakan Kurikulum Merdeka, memang mengharuskan para guru harus punya inisiatif dalam implementasi praktik baik Kurikulum Merdeka (Kurmer), karena capaian itu bukan cuma jadi tanggung jawab sekolah, apalagi kemendikbud, tetapi juga melibatkan peran aktif para guru semua, termasuk Komunitas Belajar (Kombel).

Bagaimana nantinya para guru bisa memahami seluk belum Kurikulum Merdeka sehingga bisa lebih fokus dalam mengembangkan potensi unik setiap siswa. Apalagi kurikulum baru tersebut memang memberikan ruang lebih besar bagi kreativitas, inovasi, dan karakter para siswa. 

Apa yang termasuk praktik baik yang harus kita pahami dalam implementasi kurikulum ini? Banyak hal termasuk di dalamnya penekanan pada pendekatan pembelajaran berbasis proyek, penggunaan teknologi pendidikan, dan penilaian formatif. 

Ilustrasi guru sedang berdiskusi dalam komunitas belajar (KOMBEL). (Sumber gambar: iStock)
Ilustrasi guru sedang berdiskusi dalam komunitas belajar (KOMBEL). (Sumber gambar: iStock)

Guru juga diharapkan bisa berperan lebih besar sebagai fasilitator pembelajaran, mendorong kemandirian siswa menggali pengetahuan. Menurut saya ini bentuk pendekatan ini semestinya sudah sejak lama harus kita lakukan.

Hanya sayangnya masih ada guru yang belum memanfaatkan komunitas belajar sebagai solusi ketika mengalami kebuntuan, atau menemukan masalah teknis saat memahami substansi  materi Kurikulum Merdeka. Sehingga dengan banyaknya kesulitan itu ada guru yang merasa sendirian menghadapi masalah. Padahal ada Kombel!


Ilustrasi guru saling sharing dan belajar bersama sumber gambar aku pintar (freepik)
Ilustrasi guru saling sharing dan belajar bersama sumber gambar aku pintar (freepik)

Komunitas belajar (Kombel), secara umum bisa kita pahami sebagai salah satu bentuk pengimplementasian Kurikulum Merdeka. Mekanismenya adalah adanya sekelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) belajar bersama dan berkolaborasi secara terjadwal serta berkelanjutan.

Komunitas belajar menjadi kunci sukses dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Guru tidak lagi bekerja secara terisolasi, sebaliknya, mereka justru bisa terlibat dalam pertukaran ide, pengalaman, dan sumber daya. 

Komunitas belajar menciptakan ruang di mana guru dapat saling mendukung, memecahkan masalah bersama, dan mengembangkan praktik pembelajaran terbaik. 

Ini bukan hanya meningkatkan kompetensi guru, tetapi juga memperkuat kolaborasi antar guru yang pada gilirannya memperkaya pengalaman belajar siswa.

Saya dapat merasakan betul manfaatnya karena pada saat transisi kurikulum merdeka, banyak sekali hal-hal teknis yang harus dikuasai dengan cepat oleh para guru, agar implementasinya tidak terhambat ketika berinteraksi langsung dalam praktiknya bersama siswa.

Pada saat interaksi praktik tersebutlah kita berhadapan dengan problem langsung yang sering kali tak selalu sama dengan teori yang kita pelajari, dan berbagai diskusi, pembahasan, sharing dalam komunitas belajar menjadi solusi konkret dan paling realistis bisa dijadikan rujukan.

Terutama karena di dalamnya berisi berbagai pengalaman praktik baik yang telah dilakukan oleh para guru di lapangan.

Atas dasar temuan masalah kemudian dirumuskan berbagai solusinya dan dibagikan sebagai pengalaman praktik baik yang bisa menjadi referensi baru bagi para guru lainnya dalam mempraktikkan muatan kurikulum merdeka.

Dalam membangun sebuah komunitas belajar, saya menemukan banyak manfaat dan tujuan utama yang harus diterapkan, seperti mengedukasi anggota komunitas dengan mengumpulkan dan berbagi informasi terkait pertanyaan dan masalah terkait praktik.

Termasuk memfasilitasi anggota komunitas untuk terus belajar, mendorong peningkatan kompetensi anggota lewat diskusi dan sharing, serta mengintegrasikan pembelajaran yang didapatkan melalui komunitas dalam pekerjaan sehari-hari.

Ini berkaitan dengan peran komunitas belajar yang harus dipahami dengan baik oleh para guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka, karena banyak fasilitas penting yang berguna di dalamnya terkait bagaimana  mengatasi masalah berkaitan dengan materi Kurikulum Merdeka.

Pertama; Fasilitas Belajar Bersama 

Tentu saja Ada beberapa sumber belajar yang telah disediakan oleh Kemendikbudristek dalam mendukung satuan pendidikan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. 

Komunitas belajar ini bisa memfasilitasi para guru dan tenaga kependidikan dalam mempelajari Kurikulum Merdeka. Dengan belajar bersama, diharapkan anggota komunitas akan lebih mudah memahami materi-materi terkait Kurikulum Merdeka.

Kedua; Fasilitas Diskusi  Solusi dan Praktik Baik. 

Sebuah komunitas belajar sangat tepat jika dimanfaatkan oleh anggotanya untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah terkait Kurikulum Merdeka yang sedang dihadapi.

Selain itu, para anggotanya juga bisa saling berbagi praktik baik pengimplementasian Kurikulum Merdeka yang telah mereka lakukan di sekolahnya.

Ketiga; Fasilitas Kolaborasi Pengembangan Perangkat Ajar 

Komunitas Belajar bisa memfasilitasi pengembangan perangkat ajar yang dapat digunakan dan disesuaikan untuk kepentingan pembelajaran seperti alur tujuan pembelajaran, modul ajar, modul projek, bahan ajar dan bahan asesmen. 

Dengan adanya kolaborasi, anggota komunitas belajar yang belum dapat mengembangkan perangkat ajar secara mandiri bisa lebih terbantu dan juga memperkaya produk-produk yang dihasilkan.

Keempat; Fasilitas Refleksi Pembelajaran Rekan Sejawat

Dengan dukungan keempat fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para guru ketika menemui kesulitan, implementasi Kurikulum Merdeka akan memberikan banyak pembelajaran baru bagi guru, pendidik, dan tenaga kependidikan. 

Refleksi dari implementasi tersebut penting untuk mengevaluasi proses dari penerapan Kurikulum Merdeka. Refleksi ini akan memperkaya pengalaman belajar dari anggota komunitas belajar.

Isu-isu Kritis yang Menjadi Komitmen Guru

Meskipun implementasi Kurikulum Merdeka membawa banyak potensi positif, ada sejumlah isu krusial yang juga harus menjadi fokus dan komitmen para guru.  Terutama berkaitan dengan Ketersediaan sumber daya seperti buku teks yang sesuai,  Dukungan teknologi, Peningkatan kapasitas guru melalui pelatihan, dan Ketidaksetaraan akses ke pendidikan juga harus menjadi perhatian serius, terutama di daerah pedesaan.

Hingga saat ini selain problem diatas yang membutuhkan komitmen lebih baik, adalah kebutuhan adanya evaluasi dan penilaian yang masih menjadi tantangan. 

Bentuk evaluasi harus dipahami oleh semua guru yang sedang mempraktekkan pembelajaran berbasis kurikulum merdeka. Dan jika ada temuan masalah, kan ada komunitas belajar (kombel) sebagai salah satu solusinya yang praktis.

Para guru memang membutuhkan komitmen untuk mengembangkan metode penilaian yang sesuai dengan pendekatan Kurikulum Merdeka, yang bisa menilai kemajuan holistik siswa, bukan hanya aspek akademis. Karena kelebihan setiap siswa berbeda, bukan hanya dalam kemampuan akademisnya saja.

Tentu kita masih ingat, kisah seorang guru di Jakarta yang mengirimi para orang tua pesan melalui media sosial, yang intinya bahwa para orangtua tak perlu merasa berkecil hati jika mendapati rapor anaknya mungkin mendapat nilai tidak memuaskan dalam bidang sains dan matematika. 

Intinya adalah karena pada dasarnya kapasitas setiap anak atau siswa memang spesial dan berbeda sebagai kelebihannya.

Pembiasaan terhadap metode pengajaran konvensional juga perlu diatasi dengan membangun komitmen diri pada pelatihan dan pembelajaran secara terus-menerus. 

Pengembangan metode pembelajaran baru dapat menjadi bentuk dukungan motivasi untuk menemukan pendekatan yang paling tepat untuk siswa. Sebagai guru kita merasakan implementasi Kurikulum Merdeka sangat membutuhkan komitmen penuh dari para guru.

Dengan melibatkan diri dalam komunitas belajar, guru dapat saling mendukung dalam mengatasi tantangan dan mengembangkan metode pembelajaran yang efektif.

Termasuk menanggapi isu-isu krusial, guru perlu berkomitmen untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya, mengatasi ketidaksetaraan akses, dan menyesuaikan metode penilaian.

Peran Guru dan Pendidikan Berkualitas

Para guru punya peran sentral dalam mewujudkan pendidikan berkualitas melalui implementasi Kurikulum Merdeka. Pertama-tama, guru perlu menjadi fasilitator yang memahami kebutuhan unik setiap siswa. 

Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang gaya belajar, minat, dan bakat siswa untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan responsif.

Kemudian, kolaborasi antar-guru menjadi kunci untuk saling belajar dan berkembang. Membuka diri terhadap ide-ide baru, metodologi pengajaran terkini, dan teknologi pendidikan membantu guru mengintegrasikan pendekatan inovatif dalam kelas mereka. 

Komitmen untuk terus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan melalui pelatihan dan pengembangan profesional juga menjadi bagian integral dari peran guru, agar bisa menjadi dukungan untuk mendukung tugas-tugas para guru seperti;

Mendorong Pemberdayaan Siswa.

Salah satu aspek penting dari Kurikulum Merdeka adalah memberdayakan siswa untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka. 

Guru harus berkomitmen untuk membimbing siswa menjadi pembelajar mandiri yang memiliki keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah. 

Dalam praktiknya di kelas, metode yang tepat sangat berpengaruh menjadikan para siswa proaktif di kelas, metode Pembelajaran Berbasis Masalah atau Kasus, memancing intensitas diskusi yang hangat. 

Setiap siswa berusaha untuk berbagi argumentasinya. Ini hal yang sangat menarik bagi para guru seperti kita.

Dengan memberikan siswa kontrol lebih besar atas proses pembelajaran mereka sendiri, guru dapat memotivasinya dengan membantu menciptakan lingkungan yang kondusif, agar setiap siswa bisa meraih potensinya.

Mengatasi Tantangan Teknologi

Dalam era digital, guru juga dihadapkan pada tantangan dan peluang baru terkait digitaliasi teknologi. Guru perlu mengintegrasikan teknologi dengan bijaksana ke dalam proses pembelajaran, memastikan bahwa akses terhadap perangkat dan konektivitas internet bisa menjangkau semua siswa saat belajar. 

Komitmen guru terhadap pembelajaran teknologi dan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi adalah kunci dalam menyediakan pengalaman pembelajaran yang relevan dan menarik.

Mendorong Inovasi dan Kreativitas

Kurikulum Merdeka memberikan ruang lebih besar bagi inovasi dan kreativitas dalam pendidikan. Guru perlu memiliki komitmen untuk mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif, merancang proyek-proyek pembelajaran yang menantang, dan merespons dinamika pesat dunia saat ini. 

Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan memotivasi siswa untuk berpikir di luar batas gagasan yang konvensional adalah keterampilan yang diperlukan dari seorang guru dengan komitmen yang kuat .

Mengatasi Ketidaksetaraan Pendidikan

Mengapa ini juga penting menjadi fokus perhatian kita karena  isu ketidaksetaraan pendidikan, khususnya akses pendidikan di daerah terpencil atau kurang berkembang, memerlukan komitmen serius dari para guru.

Artinya bahwa kita tidak bisa memukul rata setiap metode yang kita jadikan rujukan pembelajaran dapat diterapkan dengan tepat dis setiap daerah yang berbeda. 

Langkah-langkah proaktif, seperti program pembelajaran jarak jauh, perpustakaan keliling, dan kerja sama dengan komunitas lokal, bisa membantu mengatasi ketidaksetaraan ini. 

Guru perlu bersatu ketika memastikan bahwa setiap anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas, tanpa memandang latar belakang atau lokasi geografis mereka, pendidikan yang inklusif.

Mewujudkan impian pendidikan berkualitas melalui Kurikulum Merdeka memang butuh kolaborasi dan komitmen penuh dari seluruh komunitas pendidikan. 

Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka, guru harus bisa menjadi agen perubahan yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengimplementasikan praktik baik, memanfaatkan kekuatan komunitas belajar, dan menghadapi isu-isu krusial dengan pemikiran yang baik, serta tekad yang kuat. 

Hanya melalui kolaborasi yang erat dan komitmen mendalam, kita bisa membawa perubahan yang positif dan memberikan hak pendidikan kepada setiap anak Indonesia dalam implementasi muatan kurikulum merdeka di sekolah kita nantinya.

Jadi para guru semua, jangan berkecil hati jika menemukan masalah dalam memahami Kurikulum Merdeka , kan ada  "Kombel" solusi memanfaatkan komunitas belajar.  antar guru. di internal sekolah dan intra sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun