Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Greenwashing Membuat Luntur Kepercayaan Kita Pada Produk Berkelanjutan!

20 Desember 2023   00:08 Diperbarui: 30 Desember 2023   00:51 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil pengawasan BPOM terhadap kemasan galon AMDK menunjukan migrasi BPA di bawah 0,01 bpj dari batas aman 0,6 bpj. (radarsukabumi)

Sementara, ada 32,5% responden yang mendaur ulang pakaian lama dengan nilai tambah alias upcycling. Survei ini dilakukan terhadap 2.303 responden yang merupakan milenial dan gen Z. Survei dilakukan pada 3 September 2022 melalui aplikasi JakPat.

Produk ramah lingkungan berkaitan erat dengan elemen ekonomi dan ekologi sekaligus. Keuntungan dari pengembangan inovasi produk ramah lingkungan antara lain untuk menjaga sumber daya alam, mengurangi emisi, menghemat energi, mengurangi limbah, mengurangi pencemaran lingkungan, dan termasuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Waspadai Praktik Greenwashing

Saat ini kita memang dihadapkan pada dilema dalam pilihan kita saat membeli produk. Memilih produk massal atau yang artisanal.

Produk massal seringkali lebih terjangkau harganya, memungkinkan konsumen untuk memiliki pilihan yang lebih luas dengan biaya yang lebih rendah. 

Namun, produksi massal seringkali melibatkan penggunaan sumber daya yang besar dan menciptakan limbah yang tidak ramah lingkungan. Bahkan tidak sedikit yang menyembunyikannya dalam label greenwashing-semacam produk keberlanjutan yang  diatasnamakan peduli lingkungan.

Misalnya, seperti kasus produk galon air mineral sekali pakai. 

Bahwa sebenarnya  sejumlah produk dengan label “eco-friendly”,“nature-friendly”,“biodegradable”,“natural”, “organic” atau “save the earth” bisa saja memang produk-produk asli ramah lingkungan. Atau sebaliknya produk-produk yang hanya diklaim ramah lingkungan, tapi prosesnya ternyata tidak ramah lingkungan.

Produsen nakal seperti inilah yang membuat kita kehilangan kepercayaan kepada produk hijau, dan produk yang diproduksi para artisan-dengan hasil produk yang alami .


kapanye anti greenwashing sumber gambar laruna
kapanye anti greenwashing sumber gambar laruna
Karena adanya praktik tersebut, saya semakin berusaha cermat saat membeli produk.  Selain dari bantuan referensi, saya berusaha mengecek roduk secara cermat.

Harus diakui dan mungkin menjadi hal yang paling aneh harus kita ketahui adalah, bahwa semakin bertambahnya kesadaran orang tentang lingkungan, justru menjadi dorongan sejumlah produsen untuk meluncurkan produk-produk yang diberi label ramah lingkungan. 

Celakanya, beberapa produsen sebenarnya cuma melakukan apa yang diistilahkan sebagai greenwashing,  yaitu bentuk promosi dan pemasaran untuk membangun persepsi  bahwa produk-produk yang mereka jual  maupun proses produksi yang mereka lakukan sebagai ramah lingkungan.

Dalam menangani sebuah produk, pelabelan produk merupakan salah satu cara untuk melakukan greenwashing atau greensheen. salah satu cara perusahaan untuk memanfaatkan permintaan (demand) yang terus meningkat terhadap produk-produk yang ramah lingkungan.

Istilah "pencucian hijau" (greenwashing) diciptakan oleh Jay Westervelt pada 1986 untuk mendeskripsikan praktik industri hotel yang menempatkan plakat di setiap kamar yang mempromosikan penggunaan ulang handuk, yang artinya setiap pelanggan yang menginap tidak mendapat handuk yang benar-benar baru, dengan alasan "menyelamatkan lingkungan".  Padahal  praktik yang terlihat berwawasan lingkungan ternyata bertujuan meningkatkan laba.

Sebagai konsumen kita harus waspada agar tak begitu saja terperdaya praktik-praktik greenwashing. Kita harus bersikap kritis agar terhindar dari jebakan greenwashing. 

Untuk itu, kita harus selalu membaca label produk dengan teliti. Jika diperlukan kita harus melakukan riset, yang saat ini semakin dimungkinkan lewat penelusuran secara online.

Keberadaan Indeks Ekolabel, direktori yang memuat hampir 456 produk bersertifikat ramah lingkungan di 199 negara dan 25 sektor industri, dapat dimanfaatkan untuk lebih memastikan apakah produk-produk yang ditawarkan termasuk benar-benar ramah lingkungan atau tidak.

Dalam kaitannya dengan urusan domestik, agar makin mudah konsumen memastikan sebuah produk itu ramah lingkungan perlu pula segera dibuat standarisasi nasional yang lebih luas terkait produk-produk yang berkategori ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun