Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Angsa Cantik dan Anak Katak Buduk, Sebuah Cerita Fabel tentang Lingkungan

7 Januari 2021   21:15 Diperbarui: 7 Januari 2021   21:22 2107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angsa cantik dan Katak buduk. Desain oleh Rini DST, menggunakan Canva. Sumber gambar katak dari Pixabay.

Pada zaman dahulu, hidup keluarga angsa yang bersahabat dengan keluarga katak. Mereka hidup damai, dengan lingkungan yang tertata rapi. Tak ada bencana banjir, tak ada musibah demam berdarah dan tak ada ular yang menakutkan berkeliaran. 

Angsa cantik, bulu putihnya bagaikan jubah raja atau ratu. Sedangkan katak sering bersedih, mengapa tubuhnya tak seindah angsa. Kulit buduk seakan tak pernah mandi, padahal katak sering dan lama sekali bila mandi. Katak adalah amfibia, binatang yang hidup di darat dan di air. 

Bila musim hujan tiba, katak bisa sepanjang sehari mandi berkali-kali. Bertelur pun katak di dalam air, sedangkan angsa hanya masuk ke air bila sedang ingin berenang.

"Sudahlah Katty, jangan bersedih terus," kata seekor anak angsa kepada sahabatnya, anak katak yang benama Katty.

"Baiklah Akun, mari bergembira menyambut datangnya musim hujan," jawab Katty kepada Akun seekor anak angsa yang berwarna kuning.


Lain dengan bapak dan emaknya, Akun si anak angsa bulunya berwarna kuning ceria. Nanti bila telah menjadi angsa dewasa bulunya akan berwarna putih megah bagaikan jubah raja atau ratu, tergantung jantan atau betina.

Mereka sudah terbiasa bermain dengan guyuran air hujan, baik yang deras, sedang atau gerimis kecil saja. 

Akun, anak angsa kuning, yang sedang menyambut  hujan. Sumber gambar : Pixabay
Akun, anak angsa kuning, yang sedang menyambut  hujan. Sumber gambar : Pixabay

"Wah, mau kemana Akun? tanya Katty melihat Akun yang cantik rapi  mengenakan sepatu. 

"Aku mau cari makan, apakah mau ikut Kat? Akun balik bertanya.

"Mau dong!", balas Katty si anak katak, "Tapi aku tidak cantik dan tidak pakai sepatu seperti kamu."

"Ya tidak apa, kita cari makan di selokan depan," kata Akun, "Tidak harus cantik."

Akun dan Katty berjalan beriringan. Mereka berdua mengais makanan di selokan depan rumah. Mereka masuk-masuk hingga ke gorong-gorong. 

Akun mengais makanan buangan dari rumah sekitar. Katty menangkap nyamuk yang baru menetas dari jentik-jentik yang ada di selokan.

Berdua mereka sangat gembira. Hujan turun pun bukan merupakan halangan bagi mereka. 

Bapak dan emak Akun dan Katty yang mengajarkan cara mengais dan memilah makanan hingga kenyang. Badan sehat dan hati gembira.

Bukan hanya mereka berdua yang senang dan bahagia. Warga sekitar juga senang. Selokan bersih, air di gorong-gorong mengalir lancar.

Katak buduk. Sumber gambar : Pixabay
Katak buduk. Sumber gambar : Pixabay

"Kenapa Katty?" tanya Akun melihat Katty menangis di sudut sebuah halaman rumah.

"Bapak dan emak dipukul warga rumah ini!" kata Katty yang tetap menangis tetapi menunjukkan kemarahan terhadap warga rumah yang memukul bapak dan emaknya.

Kini Katty sudah menjadi seekor katak yang yatim  piatu. Warga rumah tidak senang ada katak buduk singgah di rumah. Padahal katak tidak pernah mengganggu warga rumah. Katak hanya mencari nyamuk di kebun warga.

Memang bila merasa terganggu, katak akan menyemburkan air kencing yang akan membuat kulit menjadi gatal.

Katak sekarang duduk-duduk santai menyambut datangnya hujan. Sumber gambar : Pixabay.
Katak sekarang duduk-duduk santai menyambut datangnya hujan. Sumber gambar : Pixabay.

Pada zaman sekarang, Akun dan Katty masing-masing sudah menjadi seekor angsa dan katak yang sudah dewasa. 

"Bapak dan emak sekarang dikurung di selokan warga itu," kata Akun kepada Katty, "Tidak bisa keluar dan tempatnya sangat kotor."

Warga tidak senang ada kotoran angsa di halaman rumah, padahal kotoran angsa selain menyuburkan juga mengusir ular. 

"Kamu masih harus bersyukur Akun," kata Katty, "Bapak dan emak aku dibunuh."

Katty hampir meneteskan air mata, tetapi Akun segera mengelus Katty dengan sayapnya yang indah.

"Selokan juga sekarang sangat kotor, banyak sampah plastik bungkus mie instan," kata Akun.

"Warga juga lebih senang membunuh nyamuk dengan menyemprot menggunakan bahan kimia," kata Katty.

Warga dan seluruh masyarakat negeri tidak mempercayai kita," kata Akun lagi.

"Mari kita duduk," kata Katty sambil mengajak Akun duduk di bangku yang tersedia.

 Awal tahun 2021 Katty dan Akun meyambut datangnya hujan, melihat warga menanggulangi banjir. Wabah demam berdarah belum usai, wabah covid-19 datang mengancam. Juga seringkali ada ular mengganggu rumah warga.  

Bumi Matkita, 

Bandung, 07/01/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun