Mohon tunggu...
Rini Nurindarwati
Rini Nurindarwati Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Kehutanan, Dinas Kehutanan Prov Lampung.

Pribadi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Manisnya Acasia Mangium

8 April 2021   12:10 Diperbarui: 8 April 2021   14:11 2082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinamika perubahan kondisi sosial-ekonomi antar waktu sebagaimana kegiatan penelitian Enhancing Community Based Commercial Forestry (CBCF) in Indonesia (2016 -2021) yang merupakan kerjasama Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Australian Center for International Agricultural Research telah memberikan kesimpulan bahwa pendapatan berbasis lahan menjadi sumber pendapatan utama petani, sehingga mereka sangat tergantung dengan tersedianya lahan yang dapat digarap, dalam hal ini adalah lahan hutan negara/HTR.

Pada hutan rakyat maupun desa penyangga kawasan hutan banyak dikembangkan pohon Akasia (acacia mangium). Pohon akasia biasanya dimanfaatkan sebagai penghijauan di Hutan Rakyat. 

Pohon akasia yang telah berumur 7 tahun dapat ditebang dan kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lemari, kursi, mebel, dan furniture lainnya. Kayu akasia juga terbilang baik kualitasnya.

Tanaman ini banyak digemari karena daya tumbuhnya cepat dan adaptasi terhadap lingkungan sangat baik. Harga kayu akasia juga cukup baik dan stabil. 

Semakin besar diameter batang maka semakin mahal harga perkubiknya, begitu juga mengenai ukuran panjang batangnya, semakin panjang ukuran potongan batang maka harganya juga semakin mahal.

Hal ini tentunya menarik bagi petani untuk membudidayakannya, demikian juga yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Lembah Madu An Najah yang berada di Desa Batu Putuk, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Desa Batu Putuk ini merupakan salah satu Desa Penyangga di Tahura Wan Abdul Rachman Lampung.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Pada akhir tahun 2018 KTH ini mulai menanam akasia dengan tujuan akhir adalah sebagai penghasil kayu, dengan jarak tanam 1,5 x 3 m dan di batas-batas kolam pada lahan kelola seluas kurang lebih 2 hektar. 

Ditanam rapat agar tanaman bisa tumbuh lurus dan nantinya bisa dilakukan penjarangan atau pemangkasan cabang. Agar tanaman akasia ini memberi manfaat sebelum masa tebang, sejak akasia ini umur 6 bulan, KTH memelihara lebah trigona (kelulut/klanceng). 

Menurut Kuntadi. 2003 Acacia mangium merupakan salah satu tanaman sumber pakan yang menyediakan nektar ekstra flora yang tersedia sepanjang tahun, karena nektar akasia dihasilkan pada ketiak/pangkal daunnya. 

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Lebah sangat membutuhkan lingkungan yang kaya akan sumber pakan maupun material sarang Peternak lebah harus memiliki lokasi yang ideal, di mana banyak tersedia tanaman penghasil nektar, serbuk sari/pollen dan resin menjadi modal utama untuk mencapai kesuksesan. Nektar merupakan sumber gula yang diolah sebagai energi bagi lebah. 

Pollen merupakan sumber protein bagi lebah, yang erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembang biakan lebah. Dan resin berguna sebagai bahan sarang lebah atau kantong madu. Selain itu lebah juga membutuhkan air sehingga KTH Lembah Madu An Najah juga memuat kolam-kolam kecil untuk memelihara ikan.

KTH Lembah Madu An Najah selain menanam akasia juga menanam jenis bunga-bungaan kaliandra, air mata pengantin, bunga matahari sebagai tanaman penghasil serbuk sari di sela-sela tanaman akasia. Sebagai penghasil polen KTH Lembah Madu An Najah menanam mangga dan nangka pada jarak kurang lebih 10 -15 m.

Sejak tahun 2019 KTH Lembah Madu An-Najah mulai memelihara sebanyak 5 setup lebah trigona. Dan saat ini sudah merasakan hasil panen madu trigona setiap bulannya. Madu trigona ini harganya relative lebih mahal dibanding madu dari lebah apis mencapai Rp.175.000 per botol ukuran 350 gram. Setiap setup lebah trigona bisa menghasilkan 0,5 – 1 kg. Dan saat ini KTH Lembah Madu An Najah sudah memelihara 40 setup trigona.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Melihat kontinuitas produksi madu yang semakin lama semakin banyak, mampu memberikan tambahan pendapatan bagi anggota KTH.

Bisa dibayangkan manisnya tanaman acasia mangium yang dikembangkan oleh KTH Lembah Madu An Najah dan semoga bisa memberikan dampak positif terhadap desa-desa penyangga Tahura Wan Abdul Rachman.

Penulis : Rini Nurindarwati, S.Hut, MP, Penyuluh Kehutanan Madya, KPHK Tahura Wan Abdul Rachman, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.

# P3SEKPI, Kementerian LHK, ACIAR, CBCF Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun