Mohon tunggu...
Rini Lestari Rajagukguk
Rini Lestari Rajagukguk Mohon Tunggu... Mahasiswa STT HKBP Pematang Siantar..

Menulis Apa adanya. Senang memperhatikan keadaan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Penipu Memanfaatkan Kalimat "Ai Ho Do I?!"

11 Maret 2021   18:59 Diperbarui: 12 Maret 2021   15:43 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Ditulis : Kamis, 4 Pebruari 2021

Oleh : Rini Lestari Rajagukguk

Terdegar kejadian, adanya penipuan lewat telepon. Huhhhh, para penipu tobat dong!

Rasanya kesal sekali jika mendengar berita terjadinya penipuan. Kasihan dan prihatin kepada korbannya. Apakah anda sudah pernah mengalami penipuan? Kalau pun sudah, mari lebih berhati-hati. Dan yang belum, syukurlah dan tetap waspada ya!

Pada era sekarang ini marak terjadi penipuan baik lewat telepon, SMS maupun penipuan berbasis lainnya. Penipuan tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga  di desa dan di mana saja, seluas jangkauan jaringan yang ada. Penipu itu tidak memandang agama, suku, ras, usia dan lainnya.

 Beberapa kali penulis mendengar kejadian penipuan yang terjadi lewat jejaringan media telepon. Namun, penipu itu sering sekali memanfaatkan lantunan kalimat dari si korban yakni seruan "ai ho do I". 

Kalimat "Ai ho do I?!" merupakan kalimat bahasa Batak yang memiliki arti "engkau kah ini?!". Biasanya, orang-orang batak juga menyebutkan kalimat tersebut dan dengan menyertakan nama yang hendak di serukannya. Misalnya ; "Ai ho do I Butet/Unccok/Polan?". Itulah menjadi senjata si penipu itu untuk mengkelabui orang yang hendak ditipunya.

Setelah Penipu mendengar seruan itu, ia akan semakin mendekati si korban hingga ia mencari alasan untuk meminta sesuatu baik berupa pulsa, uang dan lain sebagainya. 

Namun, biasanya penipu itu lebih awal meminta kepada korban untuk mengirimkan pulsa, bisa saja sampai berkali-kali dan kemudian meminta korban untuk mengirimkan uang. Penipu tersebut akan segera mengirimkan nomor HP atau nomor rekeningnya.

Kejadian seperti itu, sudah hampir banyak terjadi di desa Cinta makmur, sebuah desa kecil di Kabupaten Aceh Tenggara.

Korban tidak hanya memberikan uang yang ada padanya tetapi juga sampai meminjam uang (berhutang) kepada tetangganya dan uang keluarganya.

Setelah, korban sadar akan penipuan yang terjadi terhadap dirinya, mereka menceritakan bahwa kalimat awal yang mereka ungkapkan saat mengangkat telepon, ialah dengan mengatakan : "Ai ho do I?!" sambil menyebutkan nama keluarga atau teman yang dikenalnya. Maka, melalui tulisan ini agar waspadalah terhadap penipu yang menggunakan telepon, SMS, dan jejaringan lainnya.. 

Biasanya, mereka akan berpura-pura mengatakan bahwa mereka adalah keluarga, teman dan lainnya. Dengan mana mereka akan menyampaikan keluhan bahwa mereka sedang  mengalami krisis keuangan,  mengalami sakit atau kecelakaan ataupun mereka sedang tidak memiliki pulsa untuk mengabari keluargany atas kejadian yang menimpanya. Maka hati-hatilah, jangan terjebak dengan alasan-alasan itu.

Jangan  sesekali menyerukan kata-kata yang hendak memastikan. Alangkah lebih baik, jika kita kembali menanyakan terlebih dahulu, siapa yang hendak menelepon kita.

Dan apabila nomor telepon yang menghubungi kita tidak memiliki nama atau belum tersimpan di HP kita, maka lebih baik tanyakan siapa dan berhati-hatilah berbicara dengannya. Penulis mengingat kalimat yang mengatakan "lebih baik mencegah daripada mengobati". Istilah ini adalah istilah lama yang memiliki makna yang dalam yang dapat diselaraskan dengan arti lebih dahulu kita berhati-hati sebelum menjadi korban.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun