Mohon tunggu...
rinia kamiya
rinia kamiya Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi yang ingin menyanyi dan mendengarkan musik kepribadian saya ceriah namun juga ceroboh topik favorit saya selalu menceritakan tentang masa depan nantinya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

adat tradisional jawa tengah dieng

25 September 2025   11:40 Diperbarui: 25 September 2025   11:34 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang berambut gimbal.(https://www.freepik.com/search format).

Adat Tradisoinal Jawa Tengah Dieng

oleh: Raysa Amelia Sahara

Santri MAS KMI Diniyyah Puteri

 

Di Indonesia banyak beragam budaya yang masih di lestarikan dari dulu hingga sekarang. Beberapa budaya itu ada yang di perbolehkan di agama islam dan ada yang tidak di perbolehkan di aga islam. Tradisi dieng adalah tradisi memotong rambut gimbal.

Dieng adalah tradisi unik yang memiliki makna yang tersendiri. Dieng adalah berasal dari daerah berbatasan kabupaten banjarnegara dan kabupaten wonosobo. Rambut gimbal yang dimiliki masyarakat dieng bukanlah rambut yang di sengaja melainkan rambut yang tumbuh secara alami. Biasanya rambut ini tumbuh di kalangan anak-anak.

(Muthia Alya Rahmawati -- Senin, 27 Nov 2023).

Konon katanya anak yang memiliki rambut ggimbal adalah anak yang membawa kesejahteraan di masyarakat dieng. Anak yang memiliki rambut gimbal atau anak gimbal biasanya di sebut titisan  Kyai Kolo Dete dan Nini Roro Ronce. Nini roro ronce adalah abdi dari nini roro kidul yang di mana tugasnya sama untuk menjaga lautan dan berbedanya nini roro ronce tugasnya menjaga dataran tinggi di dieng. Nini roro ronce juga memiliki rambut gimbal di karena itu anak-anak di kalangan dieng maupun diluartnya banyak yang memiliki rambut gimbal

(Andi Ratna Widowati Rabu, 26 Januari 2022).

Tradisi dieng ini yang diyakini memiliki nilai sakral bagi masyarakat setempat. Tradisi ini tidak sekadar menjadi peristiwa ritual, tetapi juga dipercaya sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan hidup dan ketentraman masyarakat. Bagi warga Dieng, pelaksanaan tradisi tersebut bertujuan agar mereka terhindar dari berbagai bentuk kesialan, malapetaka, maupun gangguan yang dianggap dapat mengganggu keharmonisan hidup. Dengan demikian, tradisi rambut gimbal tidak hanya dipandang sebagai wujud pelestarian budaya leluhur, tetapi juga sebagai manifestasi kepercayaan kolektif masyarakat Dieng dalam menolak bala dan menjaga keberlangsungan kehidupan yang harmonis. Tradisi rambut gimbal di Dieng merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki makna sakral dan kepercayaan mendalam bagi masyarakat setempat. Tradisi ini dilakukan ketika seorang anak lahir dan tumbuh

Pelaksanaan tradisi ini tidak hanya sebatas memotong rambut gimbal, tetapi juga disertai dengan pemenuhan permintaan anak yang bersangkutan. Permintaan tersebut dianggap sebagai syarat utama sebelum ritual pemotongan rambut dilakukan. Masyarakat percaya, apabila keinginan anak tidak dipenuhi, maka bukan hanya anak tersebut yang akan mengalami gangguan, melainkan juga masyarakat Dieng secara keseluruhan akan ditimpa nasib buruk atau kesialan.

Oleh karena itu, tradisi rambut gimbal di Dieng memiliki nilai penting, baik sebagai bentuk penghormatan kepada anak maupun sebagai upaya menjaga keharmonisan masyarakat. Hingga kini, ritual tersebut terus dilestarikan karena diyakini mampu membawa ketentraman dan menolak bala bagi masyarakat Dieng. Tradisi rambut gimbal di Dieng merupakan salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini. Ritual pemotongan rambut gimbal tidak hanya berkaitan dengan kepercayaan masyarakat setempat, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya Dieng.

Pelaksanaan tradisi ini dilakukan setiap bulan Agustus bersamaan dengan penyelenggaraan Dieng Culture Festival (DCF), sebuah agenda budaya tahunan yang menampilkan berbagai kesenian, ritual, serta potensi pariwisata daerah. Ritual pemotongan rambut gimbal biasanya digelar bertepatan dengan malam satu Suro dalam penanggalan Jawa, yang diyakini sebagai waktu sakral untuk melakukan upacara adat.

Dalam prosesi ini, anak-anak berambut gimbal yang dipercaya sebagai anugerah sekaligus titipan leluhur akan menjalani ritual khusus. Sebelum rambut mereka dipotong, keinginan atau permintaan anak harus dipenuhi terlebih dahulu. Hal ini diyakini sebagai syarat mutlak agar ritual berjalan lancar serta masyarakat terhindar dari kesialan atau nasib buruk.

Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol spiritual dan kultural, tetapi juga berkembang sebagai daya tarik wisata budaya. Melalui Dieng Culture Festival, tradisi rambut gimbal dipertahankan dan diperkenalkan kepada khalayak luas, sehingga nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Dieng tetap terjaga sekaligus memberikan kontribusi positif bagi pariwisata dan ekonomi daerah. Tradisi pemotongan rambut gimbal merupakan salah satu ritual sakral yang dijalankan masyarakat Dieng hingga kini. Anak yang memiliki rambut gimbal dipercaya sebagai titipan leluhur dan memiliki kekuatan spiritual tertentu. Oleh karena itu, proses pemotongan rambut gimbal tidak dapat dilakukan sembarangan, melainkan harus mengikuti tata cara dan syarat khusus yang diwariskan secara turun-temurun.

Syarat utama dari tradisi ini adalah pemenuhan keinginan anak yang berambut gimbal. Sebelum ritual dilakukan, anak biasanya akan mengungkapkan keinginannya, baik berupa benda, makanan, maupun hal sederhana lainnya. Permintaan tersebut wajib dipenuhi oleh keluarga maupun masyarakat yang terlibat dalam ritual. Keyakinan masyarakat setempat menyatakan bahwa apabila permintaan anak tidak dipenuhi, maka ritual dianggap tidak sah, dan dikhawatirkan akan membawa kesialan atau nasib buruk, baik bagi anak tersebut maupun bagi masyarakat Dieng secara umum.

Pemenuhan keinginan anak tidak hanya dipandang sebagai syarat ritual, tetapi juga memiliki makna simbolis. Hal ini dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada anak sekaligus upaya menjaga keseimbangan antara manusia, leluhur, dan alam. Dengan memenuhi permintaan anak, masyarakat percaya bahwa rambut gimbal dapat dipotong dengan selamat, dan anak akan menjalani kehidupannya dengan lebih baik setelah ritual selesai.

Dieng, sebuah dataran tinggi di Jawa Tengah, memiliki tradisi unik yang berkaitan dengan fenomena lahirnya anak-anak berambut gimbal secara alami. Rambut gimbal ini bukanlah hasil rekayasa, melainkan muncul dengan sendirinya, sehingga dianggap istimewa oleh masyarakat setempat. Keistimewaan tersebut tidak hanya dilihat dari segi fisik, tetapi juga dari nilai spiritual dan budaya yang melekat pada diri anak tersebut.

Dalam pandangan masyarakat Dieng, anak berambut gimbal dipercaya sebagai anak yang membawa keberuntungan sekaligus titipan dari leluhur. Oleh karena itu, mereka diperlakukan dengan penuh kehormatan. Kehadiran anak-anak ini dipandang sebagai simbol istimewa yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat.

Tradisi yang berkembang menyebutkan bahwa anak berambut gimbal harus menjalani ritual khusus berupa pemotongan rambut, yang biasanya dilaksanakan dalam rangkaian Dieng Culture Festival. Ritual ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Syarat utamanya adalah pemenuhan keinginan anak sebelum rambut gimbalnya dipotong. Masyarakat percaya bahwa jika syarat tersebut tidak terpenuhi, hal buruk atau kesialan dapat menimpa, baik kepada anak maupun masyarakat.

Bagi masyarakat Dieng, tradisi ini bukan hanya sebuah ritual, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur dan identitas budaya. Anak-anak berambut gimbal dianggap membawa keberuntungan, sementara pemotongan rambutnya dimaknai sebagai cara untuk menjaga ketentraman dan keharmonisan hidup bersama.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan tentang tradisi Dieng. Sebagai penulis, saya menutup tulisan ini dengan harapan semoga dapat menambah wawasan dan kecintaan kita terhadap budaya Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun