Mohon tunggu...
Nature

Review Sexy Killers: Tamparan bagi Lingkungan Kita

15 Mei 2019   21:48 Diperbarui: 16 Mei 2019   07:26 2401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa minggu lalu,  masyarakat Indonesia dihebohkan dengan film yang berjudul "Sexy Killers". Film tersebut menjadi topik perbincangan di berbagai media sosial. Film ini juga ditonton bersama-sama (nobar) dan diskusikan oleh masyarakat Indonesia. Apa sebenarnya yang ditayangkan dari film "Sexy Killers?". Disini saya akan mengupas isi dari film tersebut dari sisi lingkungan alam.

Ternyata film tersebut merupakan film dokumenter dari Ekspedisi Biru Indonesia yang diunggah di youtube channel bernama Watchdoc. Ekspedisi Biru Indonesia sudah melakukan perjalanan dari tahun 2015 hingga 2017.

Selama kurun waktu 7 tahun, Ekspedisi Indonesia Biru bersama rumah produksi Watchdoc documentary sudah memiliki 7 film dokumenter. Hasil ekpedisi mereka Sexy Killers menjadi topik paling hangat. Ekspedisi ini memotret sisi alam Indonesia dan juga melihat ketidakadilan yang berada di daerah-daerah Indonesia.

Film ini menjadi ramai dibicarakan karena diunggah beberapa hari menjelang Pemilu karena di film dokumenter Sexy Killers ini  nenampilkan nama-nama para pejabat, termasuk Calon Presiden dan Wakil Presiden Jokowi Dodo,  Prabowo Subianto, dan Sandiaga Uno. Film tersebut menceritakan lingkaran bisnis tambang batu bara,  distribusi batu bara dan masalah proses pengolahannya serta terakhir membahas terkait oligarki batu bara di lingkaran kedua pasangan calon.

Batu bara dibakar untuk pembangkit listrik tenaga tenaga uap (PLTU). Film Sexy killers menayangkan bagaimana dampak yang dirasakan warga serta kerusakan lingkungan alam akibat dari penambangan batu bara dan industri PLTU batu bara. Masyarakat pinggir Kota Samarinda mengeluh susah mendapatkan air bersih karena ekspansi batu bara.

Pertambangan batu bara yang membutuhkan lahan yang luas mengakibatkan persawahan, perkebunan bahkan pemukiman warga tergusur.

Padahal pendapatan warga desa masih bergantung pada persawahan dan perkebunan. Dampak lain yang memprihatikan adalah lubang bekas pertambangan yang seharusnya di reklamasi malah hanya ditutupi seng-seng bekas. Sepanjang tahun 2014-2018 lubang ini sudah merengut 115 nyawa.

Di Sanga-sanga Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur rumah rumah rusak,  jalan utama amblas karena aktivitas pertambangan yang berdekatan dengan permukiman dan fasilitas umum.

Beralih ke daerah lain ekspedisi Biru Indonesia melanjutkan ke daerah Kepulauan Karimunjawa salah satu tempat wisata di Jawa Tengah. Penduduk daerah ini menggantung diri dengan hasil laut dan terumbu karang. Tongkang batu bara melintas di kepulauan ini dari kalimantan menuju PLTU-PLTU di Jawa dan Bali.

Tongkang-tongkang yang berlabuh dan jangkar yang tersangkut membuat terumbu karang rusak dan hancur. Kerusakan lain adalah tumpahan bagian-bagian batu bara yang jatuh dan mencemari laut.

Di kabupaten Batang, Jawa Tengah ada PLTU batangan yang sedang dibangun, akan tetapi pembangunan PLTU merampas daerah persawahan milik petani. Petani, nelayan dan masyarakat khawatir jika PLTU beroperasi akan mengganggu dan mencemari lingkungan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun