Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Perempuan Memilih

19 Juli 2020   09:26 Diperbarui: 19 Juli 2020   09:22 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan hanya karena mengejar kualitas, tetapi juga menempa diri dengan menjalani kehidupan di luar negeri sendiri. Orang tua tak lagi takut melepas anak-anaknya terbang jauh. Bahkan sudah banyak yang memang mempersiapkan dana untuk itu. Yang namanya persaingan pasti akan selalu terjadi pada setiap zaman.

Bahwa sebagian dari mereka masih dibayangi dogma bahwa perempuan berpendidikan tinggi akan sulit mendapat jodoh, juga ada pada kelompok pertama.

Kelompok kedua, mereka yang tak peduli apakah nanti akan mendapatkan jodoh atau tidak. Yang paling penting adalah meraka meraih sukses dalam pendidikan dan karirnya.

Sebagian dari kelompok ini juga menyadari dan menyatakan siap untuk menikah tanpa keturunan, jika mendapatkan jodoh di usia yang sudah tidak subur lagi. Plus siap bila harus berjodoh dengan duda.

Mereka rata-rata berpikir logis dan realistis.

Kelompok ketiga tak kalah menariknya. Mereka yang mencoba jalan keseimbangan. Tetap ingin menikah dan memiliki keturunan sambil meneruskan pendidikan setinggi mungkin. Mereka kan mencari lelaki yang bisa mengakomodirnya, atau setidaknya yang memiliki keinginan yang sama.

Dan ini juga semakin banyak yang menjalaninya. Menikah lalu sama-sama berjuang mendapatkan beasiswa di luar, dan menjalaninya sambil tak menunda memiliki keturunan. Hingga anak mereka ada yang lahir di negeri orang dan bahkan ada yang menjalani taman kanak-kanak di negeri di mana orang tuanya sedang belajar untuk mengambil S2 dan S3.

lalu, muncullah pertanyaan untuk para perempuan yang sudah memutuskan menjadi ibu rumah tangga dan perempuan yang tetap sendiri dengan karier yang mapan. Apakah ada penyesalan mereka dengan pilihan tersebut?

Sebagian kelompok ibu rumah tangga, penyesalan baru terjadi saat perkawinan mereka berakhir dengan perpisahan, baik karena kematian atau perceraian. 

Menyesal karena mereka menggantungkan nafkah/pendapatan 100% pada suaminya, hingga saat perpisahan terjadi, mereka harus memikirkan cara untuk mencari nafkah sendiri.

Mereka yang terpaksa bekerja karena kejadian itu, mengatakan, bahwa jauh lebih baik sudah merasakan berkeluarga, daripada hanya sibuk mengejar karier.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun