Tidak mencetak jika tidak penting
Dulu saya adalah tipe pembaca hardcopy. Menatap monitor terlalu lama membuat mata cepat lelah dan saya tak leluasa corat-coret. Karena itu, saya kerap sekali mencetak dengan kertas. Satu lembar kertas untuk kebutuhan pencetakan (printing) menghasilkan sekitar 226,8 gram CO2 (www.iesr.or.id).
Saat ini saya telah terbiasa mencetak menggunakan kertas secara bolak-balik. Kebetulan saya memiliki toko online yang harus mencetak label pengiriman. Kerap saya menggunakan kertas yang bisa digunakan kembali. Satu lembar kertas tidak hanya dipakai untuk sekali pengiriman tapi bisa sampai empat pencetakan label. Kebiasaan ini menjadikan penggunaan kertas lebih hemat yang berujung pada efiisiensi dan penghematan anggaran.
Kertas dibuat dari bahan baku kayu dengan menebang pohon. Semakin banyak kebutuhan kertas berarti semakin banyak pohon yang ditebang. Artinya tangkapan karbon pun berkurang.
Menggunakan goodie bag ketika belanja
Masalah utama plastik sekali pakai ternyata bukan terletak di hulu atau bagian pembuangan tetapi di bagian hilir atau proses ekstraksi dan produksi yang menyumbang GRK. Dalam sebuah laporan, "Plastic & Climate: The Hidden Costs of a Plastic Planet," menyebutkan bahwa jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari siklus produksi hingga pembuangan plastik mencapai 2.8 Juta Metric Ton CO2. Angka tersebut setara dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh 500 buah Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara di tahun 2050 (www.sustaination.id).
Memperhatikan data tersebut artinya jika kita menggunakan goodie bag saat belanja berarti turut mencegah pelepasan karbon di udara. Sebagai ibu rumah tangga, satu kantong plastik pun dapat dihargai dengan nominal.Di Bandung, satu kantong plastik saat belanja dihargai Rp200 rupiah. Sekali belanja bulanan di supermarket, saya bisa menggunakan sampai empat kantong plastik karena beban belanjaan berat sehingga harus dirangkap agar tidak jebol. Selain ke supermarket, dalam sebulan bisa berkali-kali ke minimarket. Jika dikalikan uang membeli plastik bisa untuk membayar tukang parkir. Lebih hemat lagi.
Bangga membeli produk lokal
Selain harga produk lokal yang lebih murah, membeli produk lokal termasuk upaya mengurangi jejak karbon. Sebab, dalam proses pengiriman terdapat pangemasan dan bahan bakar yang dibuang. Kapal tanker atau kapal cargo pembawa barang berbahan bakar fosil bertanggung jawab terhadap tiga persen emisi di udara.