Setelah sekian purnama, akhirnya saya balik lagi ke sini, ke Kompasiana. Terekam di menu "artikel", tanggal publish terakhir saya yakni 24 Mei 2020. Judulnya "Saat Lebaran Jauh dari Keluarga". Ketika membuka halaman dashboard untuk menulis artikel pun sudah banyak menu yang baru. Banyak fitur "jendela" yang memandu. Saya seperti baru tergabung di Kompasiana.
Bukan berarti saya sibuk mengisi konten di situs lain maupun blog personal tapi memang ya seperti itulah saya. Penulis "angin-anginan" alias menulis sesuai mood tapi lebih banyak ga mood-nya.Â
Ngakunya sih hobi menulis tapi nyatanya saya lebih cenderung menenggelamkan diri pada tumpukan buku. Saya bisa menghabiskan novel setebal kurang lebih 200 halaman sehari. Namun, tidak untuk menulis. Jika dianggap 10 persennya saja, berarti saya seharusnya bisa menulis 20 lembar per hari. Kenyataannya satu lembar word pun membutuhkan effort sekuat baja.
Ini bukan kasus pertama kali. Sebenarnya sangat memalukan. Di profil saya tercatat, akun ini tergabung 20 Oktober 2015 atau dua hari lagi ulang tahun ke-6. Sudah melepas masa balita kalau bayi. Namun, level akun ini masih "junior"... sangat jauh tertinggal. Benar-benar "angin-anginan" sampai masuk angin akut.
Gara-gara mencari arti kata "angin-anginan" saya jadi nyasar ke blog brightsightrads.Â
Blog ini menarik bagi saya karena ada kategori Arsitektur + Lanskap. Bagi seseorang yang pernah ditolak menjadi mahasiswa arsitektur lanskap karena memiliki latar belakang jurusan kehutanan. Waktu itu saya berpikirnya hutan adalah bagian dari lanskap sehingga bakal bisa masuk ke studi ini.Â
Nyatanya tidak! Walau begitu bukan berarti kecintaan saya pada ilmu ini luntur. Lanskap yang berarti sejauh mata memandang, sejauh indera merasakan, dan sejauh imajinasi membayangkan sudah membuat saya jatuh cinta. Terutama lanskap Indonesia!
Balik lagi ke "angin-anginan", kata blog tersebut, orang yang "angin-anginan" itu mempunyai sisi plegmatis. Akibat watak plegmatis ini jadi kurang berorientasi pada tujuan. Oke, lalu saya menarik kalimat ini pada diri saya.Â
Hmm... Â mungkin karena saya ini tidak ada tujuan menulis makanya saya seperti bunga yang tertiup angin. B
ergerak ke sana ke sini. Kadang rajin menulis, lalu dorman lama sekali. Saya tidak memiliki straight forward -halah saya memakai istilah apa ini?- Kata saya sih, garis lurus mencapai tujuan atau target menulis. Saya kebanyakan tengak-tengok.