Mohon tunggu...
Rima Setiawati
Rima Setiawati Mohon Tunggu... Pengajar di SMP AL HASRA

Saya sangat menyukai dunia mengajar dan tertarik dengan hal hal yang berkaitan dengan sosial dan kemasyarakatan. Saya sangat menyukai konten konten yang bersifat social eksperimen.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Barak oh Barak

5 Juni 2025   10:28 Diperbarui: 5 Juni 2025   10:28 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opiniku

Halo Sahabat Pena, Akhir-akhir ini dunia pendidikan sedang di hebohkan dengan wacana anak nakal akan dikirim ke Barak yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atau yang sering kita kenal Kang Dedi Mulyadi atau KDM. Nah sobat pena ternyata hal ini bukan lagi wacana tapi memang sudah diterapkan di Jawa Barat.

Pucuk dicinta ulampun tiba, gagasan KDM tenyata disambut hangat oleh sebagian besar masayarakat Jawa Barat. Tapi tak sedikit dari mereka dan juga masyarakat luas yang tidak setuju bahkan menganggap kebijakan KDM ini adalah sesuatu yang melanggar Hak Asasi Perlidungan anak.

Sejauh yang saya pahami dari penjelasan KDM di berbagai media sosial terkait kebijakan tersebut adalah upaya KDM untuk meluruskan etika dan sopan santun terhadap keluarga dan lingkungan sekitar bahkan lebih jauh pendidikan yang didapatkan selama berada di barak, anak-anak akan diajarkan rasa tanggung jawab, disiplin serta rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara Indonesia. Bukankah ini adalah salah satu solusi bagi orang tua yang belum atau bahkan tidak mampu dalam menangani kenakalan anak-anak mereka?

Bukankah ini adalah salah satu solusi untuk menciptakan pendidikan karakter dan nilai-nilai positif dalam diri anak- anak nakal tersebut?

Pendidikan di Barak, sejatinya tidak harus dilakukan jika memang fungsi orang tua berjalan sebagaimana mestinya, terutama dalam memberikan contoh dan mengajarkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sosial putra-putri mereka. Saya kira, pengiriman siswa yang di anggap "nakal" ke pendidikan di Barak, adalah bentuk sedikit kegagalan orang tua dalam mendidik serta gagalnya orang tua sebagai role model yang baik bagi putra-putrinya. Sehingga pendisiplinan di Barak akan menjadi relevan dengan kondisi tersebut tentu dengan pengawasan pihak-pihak terkait sehingga tmenghindari terjadinya tindak kekerasan atau perploncan selama proses pendidikan di barak tersebut berlangsung.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun