Kehadiran limbah elektronika ini masih banyak menimbulkan pertentangan di berbagai kalangan. Sebagian besar menganggap bahwa limbah elektronika berpotensi mendorong munculnya berbagai masalah di lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Sementara itu, di sisi yang lain beberapa pihak menganggap bahwa limbah elektronika masih memiliki nilai ekonomi yang tidak kecil. Hal ini bagaikan sebuah dilemma yang harus dihadapi oleh para pengambil keputusan terkait dengan pengelolaan limbah elektronika.
Masalah yang terkait dengan limbah elektronik telah banyak ditulis oleh para peneliti dan menjadi salah satu yang popular dalam literatur ilmiah. Secara umum, limbah elektronika merupakan rangkaian yang sangat rumit dari sejumlah material yang berbeda, banyak di antaranya mengandung senyawa yang sangat beracun.Â
Misalnya, produksi semikonduktor, papan sirkuit tercetak, penggerak cakram, dan monitor yang digunakan dalam pembuatan komputer menggunakan banyak bahan kimia berbahaya. Unit pemrosesan pusat komputer (CPU) mengandung logam berat, seperti kadmium, timbal, dan merkuri.Â
Papan sirkuit cetak (PCB) mengandung logam berat, seperti antimon, perak, kromium, seng, timah, timah, dan tembaga. Dalam limbah elektronika, timbal dapat ditemukan terutama dalam tabung sinar katoda (CRT) di monitor, solder timah-timah, kabel, PCB, dan tabung fluoresen.
Secara umum, potensi risiko yang muncul selama proses daur ulang limbah elektronika dilakukan dengan metode yang sangat sederhana di negara-negara berkembang.Â
Sebagai contoh, pembongkaran fisik dengan menggunakan peralatan sederhana seperti palu, obeng dan pahat, pelepasan komponen dari papan sirkuit dengan metode pemanasan, pelepasan logam dengan menggunakan larutan asam untuk mengambil logam mulia emas atau logam mulia lainnya, memecah dan mendaur ulang plastic, pembakaran kabel untuk mengambil tembaga, pengisian ulang kartrid toner. Sehingga, proses daur ulang limbah elektronika yang masih sederhana dan belum menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dapat menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Â
Paparan senyawa logam berat dari limbah produk-produk elektronika dapat mendorong terjadinya penurunan kualitas kesehatan manusia. Sebagai contoh, bahan tercemar arsenik (As) menimbulkan gangguan mata, kulit, darah dan liver. Kontaminasi limbah elektronika pada manusia dapat melalui berbagai cara seperti melalui rantai makanan, udara dan lain-lain.Â
Suatu studi yang dilakukan pada lokasi pembongkaran printer di wilayah Guiyu China menunjukkan bahwa para pekerja membongkar katrid toner dengan peralatan sederhana tanpa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai. Sebuah studi telah dilakukan untuk mengetahui daur ulang toner yang mengandung sejumlah besar karbon organik (42-89%), logam oksida (1-33%), dan beberapa karbon unsur (0,33-12%).Â
Lebih lanjut, pembongkaran toner tersebut berpotensi mengganggu sistem pernafasan manusia dan dapat menyebabkan kanker. Hal ini disebabkan oleh kandungan logam berat yang ada pada katrid toner tersebut misalnya Kromium (Cr) sebanyak 400 ppm, Nikel (Ni) sebanyak 380 ppm, Mangaan (Mn) sebanyak 185 ppm.
Secara umum, aktivitas yang dilakukan di proses daur ulang limbah elektronika adalah pemisahan secara manual, dimana para pelaku daur ulang mengambil tembaga, aluminium, baja, plastik, papan sirkuit cetak dan toner printer. Pembongkaran limbah elektronika dengan memisahkan dan mengurangi ukuran limbah dilakukan dengan metode konvensional yang menyebabkan bahaya inhalasi karena partikel debu yang dihasilkan dari logam, plastik dan lampu.Â
Peningkatan masalah kesehatan dan kerusakan lingkungan akibat daur ulang limbah elektronika oleh sektor informal ditemukan dibeberapa negara seperti India, Brasil dan Meksiko. Logam berat dapat masuk ke badan air atau air tanah akibat proses pencucian limbah elektronika yang menggunakan cairan asam.