Mohon tunggu...
Rima Linda
Rima Linda Mohon Tunggu... Penulis - Yeoja

Piker Sesado

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sukutan Orang Kluet

29 Maret 2020   23:30 Diperbarui: 29 Maret 2020   23:47 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya kita sedang berbicara tentang sukutan orang kluet. Tentu salah satu dari pembaca penasaran apasih itu sukutan?. Nah, baik mari kita bahas!. Jadi begini, sukutan itu tentu berasal dari Bahasa Kluet, ya karena hal ini menyangkut orang Kluet. Sepertinya yang tidak ada hubungan dengan Kluet tidak tau akan hal ini kecuali karna suatu dan lain hal. Katakan saja seperti seseorang yang berteman dengan salah satu orang Kluet mungkin, kira-kira seperti itu.

Sukutan adalah sebuah cerita melalui lisan, tapi maksud cerita disini adalah bukan hanya sekedar cerita saja. Lebih tepatnya, sukutan merupakan cerita tentang kejadian yang terjadi di Kluet dan sudah berlalu begitu lama yang mana cerita ini bukan hanya sembarang cerita, sehingga di ceritakan kembali. 

Biasanya sukutan ini di curahkan nenek-nenek kepada cucunya dengan tujuan supaya sang cucu dapat sesuatu bermakna dari sukutan tersebut. Tidak sampai disitu saja, sukutan menjadi obat saat dalam keadaan bosan. Jadi si nenek mensukutkan sesuatu pada si cucu agar mereka terhibur dan betah bersamanya.

Sukutan tipikal cerita yang dicurahkan dalam segala bentuk cerita, baik berupa mitos, dongeng, nyata dan sebagainya. Demikian sukutan awet sampai sekarang dalam kehidupan orang Kluet karena tanpa sadar dan tidak terpaksa nenek-nenek orang Kluet memang sudah terbiasa bersukut sehingga menjaga hal tersebut. 

Begitu juga yang disukutkan, mereka juga ikut bersukut kepada masyarakat. Kebiasaan inilah yang menjaga sukutan (cerita) karena tipikal cerita hampir semua orang menyukai cerita. Ya mayoritas orang lebih suka mendengar cerita bukan membaca cerita. 

Hanya saja, sukutan terkadang akan mengalami sedikit pengurangan kisah cerita, karena disukutan dari satu orang keorang lain yang berlangsung begitu lama. Hal ini terjadi karena manusia bersifat pelupa. Seterusnya, sukutan di curahkan hanya lewat lisan dan hal tersebut bisa saja terjadi. Nah, ini adalah satu kelemahan dari sukutan.

Sukutan Kluet, kisah ini terjadi sudah begitu lama di Aceh selatan, Kluet Timur, tepatnya di kampong Paya Dapur.

Monyang bermarga Pelis sedang Kilap Fajar bermarga Pinem. Dahulu dalam kepercayaan orang Kluet marga Pelis dan Pinem tidak boleh menyatu. Karena katanya, jika kedua marga tersebut menyatu maka akan terjadi sesuatu yang tidak baik bagi kedua pemilik marga. 

Dalam kisah ini Monyang dan Kilap tidak peduli akan hal mitos marga. mereka dua sahabat sejati dan pernah bersumpah akan selalu setia sampai kapanpun selama masih hidup. Mereka juga menikahkan anak-anak mereka berdua sebagai tanda persahabatan. Mereka juga pernah pergi umrah dengan cara meraye (berlayar) menggunakan pinggan mebelon (piring yang besar).

Monyang mempunyai peliharaan setia yakni begu (harimau). Entah apa yang terjadi, saat dia pergi ke delong Gersang (gunung Gersang) dia melemparkan sebuah kapak dan berkata, "kemana kapakku mendarat disitulah aku akan dikuburkan". Pada saat dia meninggal, Monyang di kuburkan di delong Gersang sedangkan Kilap dikuburkan di pulau kambing (nama desa di Kluet).

Setelah meninggal Monyang di sebut Monyang Gersang karna kuburannya di delong Gersang. Kuburan tersebut dianggap keramat oleh masyarakat terdahulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun