Mohon tunggu...
Blue Ambience
Blue Ambience Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar untuk sering menulis

Introvert, INFJ, suka ngedesain, penikmat kopi. Hobi menonton.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Logika, Persepsi dan Phobia

25 Juli 2018   05:47 Diperbarui: 25 Juli 2018   05:51 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hidup kita akan selalu menemukan yang namanya kejadian yang memutar balikkan logika kita, dalam hidup tak jarang kita menemui sesuatu hal yang bisa membuat pola pikir kita terlepas dari sendinya, yang membuat kita merasa terpukul tersadarkan sehingga memenuhi ruang pikiran dan mengacaukannya.

Terkadang kita membicarakan sesuatu tentang diri kita seolah itu benar-benar diri kita, padahal hal yang sering kita sebut karakter diri itu hanya sekumpulan tindakan yang berlandaskan logika spontan yang mengambil dari referensi-referensi ilmu yang kita pegang dan terpatri dalam ingatan yang kemudian orang lain akan meng-akumulasi setiap pilihan yang kita ambil lalu orang menilai dan menyebut kalau itulah karakter kita.

Maka dari itu jika suatu waktu aku pernah bilang menyukai sesuatu lalu kemudian membencinya, bukan berarti aku tak berpendirian atau plin plan. 

Pikiranku tergerakkan untuk merubah pendapat tentang sesuatu karena waktu berjalan kedepan yang artinya aku berpegang pada pendirianku hanya dalam satu waktu maka jika didepan aku merubah pendapatku itu hanyalah pengalaman pikiran yang berkembang entah mungkin baru tersadarkan akan nilai sesuatu yang sebelumnya belum sempat terpikirkan.

Ruang lingkupku terbatas, mulut terkadang bungkam tak mengeluarkan kata karena tak ada lawan bicara, bahkan terkadang otak terasa berjaring laba-laba karena membiarkan banyak hal tentang rencana-rencana yang tidak juga ter-realisasi atau direalisasikan yang hanya menjadi semacam "to do list" yang berserakan.

Ku menyadari beberapa tahun kebelakang ini aku tak berinteraksi dengan orang baru (diluar dari teman kuliah sekelas yang berjumlah sedikit), yang aku rasakan aku tidak berinteraksi. 

Bagiku basa basi dan ngobrol bukanlah interaksi, bagiku interaksi ialah disaat kita terikat dalam suatu kebutuhan yang membuat kita intens untuk membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang kita sukai entah hal baru atau yang sudah kita sukai sejak awal. 

Aku bukan seseorang yang kesulitan untuk berteman dengan orang lain, hanya saja aku merasa aku lebih suka menjadi orang yang tertutup.

Ada beberapa hal yang membuatku merasa "phobia" disaat menjalin sebuah hubungan pertemanan. Banyak kejadian dimasa lalu yang membuatku tak lagi percaya atau bahkan tak ingin lagi percaya terhadapa kata "teman". 

Definisi dari teman menurutku ialah seseorang yang mengambil keuntungan dari keberadaan kita. Yah.. mereka mengejekku dikala ku memalukan, menjauhiku dikala ku merasa buruk, mengabaikanku karena aku orang yang membosankan atau terlalu serius, dll.

Waktu kecilku menyadari betapa seringnya konflik terjadi antara hubungan manusia, dan mungkin aku merasa sedang berada di "titik jenuh" karena repetisi pengalaman menyakitkan yang membuatku tak ingin terlalu dekat dengan manusia lainnya lagi. Mungkin juga hal ini akibat dari sedari kecil orang tuaku memang "rajin" bertengkar.. dan sampai sekarang aku masih mengingat raut muka, nada bicara, suara marah, tangisan, jeritan, rasa kesal, kata-kata buruk, suara barang dirusak yang membuatku mendapat referensi tentang betapa mengerikannya konflik dalam suatu hubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun