Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Infodemik dan Kemanusiaan Kita

20 Maret 2020   23:35 Diperbarui: 22 Maret 2020   13:58 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: euronews.com

Foto di atas berbicara banyak. Ketika virus Corona terus menginfeksi manusia di berbagai belahan dunia, berita-berita yang kita baca dan dengar tentangnya juga berlipat ganda di luar kendali kita. Persis sama dengan cara kerja virus.

Infodemik sendiri berarti adanya informasi berlebih akan sebuah masalah, sehingga mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut.

Istilah ini dipopulerkan oleh WHO tepat setelah mereka mengumumkan status pandemi dari Covid-19. Infodemik berkaitan sangat erat dengan pandemi ini, seperti yang kita lihat dari reaksi warga dunia nyata dan dunia maya terhadap pandemi pertama yang terjadi setelah kasus Flu Babi H1N1 pada tahun 2009.

Kata kunci dari sebuah infodemik adalah informasi berlebih yang kebenarannya kadang-kadang patut dipertanyakan, dan bagaimana informasi tersebut tidak membantu menemukan solusi dari masalah yang dimaksud. Saya sendiri percaya bahwa sebuah infodemik juga dipicu oleh masalah mental masyarakat modern: FOMO atau Fear of Missing Out, sebuah perasaan takut ketinggalan.

Dengan peran sebagai pembuat ataupun pembaca/pendengar berita, masyarakat modern dengan ponsel pintar dan internet di tangan mereka sepertinya memiliki rasa takut jika tidak dilibatkan, jika tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan dunia lain, jika ketinggalan berita yang orang lain sudah tahu.

Pembuat berita memanfaatkan betul masalah mental ini, saya tidak berani mengatakan ini penyakit mental, karena semakin banyak berita bisa dibuat akibat ketakutan-ketakutan manusia yang tidak beralasan.

Apakah kita harus tahu detik ini juga berapa orang yang sudah meninggal di seluruh dunia akibat Covid-19?

Apakah kita harus tahu bagaimana para perdana menteri, presiden, dan menteri dari berbagai negara bisa tiba-tiba terinfeksi?

Apakah kita harus tahu nama para korban pertama di negara kita, lengkap dengan alamat rumah dan para kenalan mereka?

Informasi-informasi sejenis ini terus bergulir ke dalam kehidupan kita, sampai-sampai kalau newsfeed kita sepi kita akan merasa ada yang salah. Kita khawatir jika kita tidak tahu banyak hal seperti biasanya. Kita meributkan hal-hal tak penting dan mengabaikan hal-hal paling penting yang seharusnya kita lakukan sekarang.

Bagaimana cara saya melindungi diri saya dan mereka yang saya kasihi dari penyakit ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun