Mohon tunggu...
SYAMSUL RIJAL
SYAMSUL RIJAL Mohon Tunggu... Dosen - dosen bahasa dan budaya

romantis dalam perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Migrasi Teater (dari Panggung ke Ruang Keluarga)

24 Juni 2014   21:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:15 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MIGRASI TEATER
(dari Panggung ke Ruang Keluarga)
Syamsul Rijal Paddaitu

Teater atau drama sudah sering didengar oleh masyarakat, apalagi di kalangan pekerja seni. Teater sebagaimana yang dilihat, sering dipahami sebagai suatu pertunjukan seni dengan beberapa keterampilan khusus yang memadu di dalamnya. Keterampilan memainkan gerakan tubuh, keterampilan mengolah suara, keterampilan memainkan musik, keterampilan memainkan cahaya, keterampilan memilih kostum, keterampilan merias wajah, dan keterampilan membuat artistik merupakan hal yang tidak bisa dilihat secara terpisah dalam pertunjukan teater.  Semuanya menyatu dalam satu tempat hingga membentuk satu seni yang disebut seni pertunjukan teater.
Teater masih sering dipandang masyarakat sebagai satu seni atau profesi. Hal ini membuktikan bahwa teater belum dianggap satu epistemologi seni sastra yang dapat dikaji secara ilmiah dan mampu berkolaborasi dengan ilmu lain. Secara epistemologi, teater dapat dikaji secara ilmiah laiknya ilmu-ilmu sosial yang lain. Jika teater dipandang sebagai satu ilmu, berarti teater juga dapat berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain. Bahkan, ilmu teater dapat memengaruhi sisi kehidupan seseorang maupun kelompok.
Sebagai satu ilmu, teater dipelajari, dikaji, diteliti, dan didiskusikan di bangku-bangku kuliah. Ilmu teater tidak bisa berdiri sendiri. Banyak dasar-dasar ilmu lain yang menopang ilmu teater. Dengan demikian, ilmu teater juga dibutuhkan oleh ilmu lain untuk dapat dikatakan sebagai satu ilmu.
Teater sebagai ilmu belum banyak dipahami dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, teater masih tetap berputar-putar di atas panggung pertunjukan. Padahal, banyak filosofi-filosofi maupun  konsep-konsep dalam teater yang dapat diadopsi ke dalam ruang-ruang kehidupan yang lain. Misalnya, konsep tata panggung teater yang dapat dimigrasikan ke ruang keluarga dalam rumah. Salah satunya adalah penataan cahaya lampu rumah di ruang tertentu untuk mengubah dan menciptakan suasana tertentu.
Konsep inilah yang dimaksudkan sebagai migrasi teater, yakni perpindahan konsep teater dari panggung pertunjukan ke dalam ruang-ruang keluarga. Migrasi konsep penataan panggung dan penataan cahaya dari panggung teater ke dalam ruang keluarga di rumah sangat mungkin dilakukan. Hal ini sama halnya ketika konsep tata ruang keluarga diangkat ke atas panggung teater. Jadi, ada semacam teori pembalikan atau imitasi bentuk yang ditukarkan.
Ruang keluarga di rumah dapat ditata seperti konsep panggung teater. Beberapa lantai ditinggikan seperti dipan atau terap untuk tempat pemasangan properti. Meja ditata seperti tempat berdiskusi dengan keluarga. Perabot-perabot ditata seperti properti di atas panggung. Cahaya lampu diatur sesuai suasana. Bahkan, dapat dipesan lampu khusus yang dapat berubah warna saat aktor atau pemilik rumah mau mengubah suasana rumahnya.
Ketika suasana menegang antara suami dan istri, atau anak dengan ibu atau bapak, lampu rumah dapat diubah dalam sekejap dengan warna-warna tertentu untuk mengubah suasana menjadi tenang. Misalnya, tiba-tiba lampu berubah menjadi merah jambu, hijau muda, atau biru muda. Hingga dengan demikian, para aktor dalam rumah dapat dimigrasikan suasana psikologisnya dari marah menjadi tenang dan damai. Atau bahkan, suasana dapat berubah menjadi lucu.
Konsep lain yang dapat dimigrasikan adalah konsep dialog dari panggung teater ke ruang keluarga. Cara berdialog di atas panggung dengan artikulasi yang jelas dapat dipraktikkan di dalam rumah. Artikulasi yang jelas ketika berbicara di rumah dapat memunculkan nuansa seni tersendiri bersama anggota keluarga. Bunyi-bunyi dalam setiap kalimat yang diujarkan tentu akan terdengar dengan jelas.
Kompleksitas seni dalam pertunjukan teater sepertinya menjadi satu kesulitan yang menakutkan orang untuk menjadi seorang aktor. Berdialog di dalam rumah memang tidak sama ketika berdialog di atas panggung teater. Akan tetapi, kedua tempat ini memiliki kesamaan cara berdialog. Jika berdialog dalam dilakukan seperti berdialog di atas panggung teater, akan memunculkan satu kesadaran peran dalam diri setiap anggota keluarga.
Salah satu hal yang sering menimbulkan pertengkaran dalam keluarga adalah adanya ketidaksadaran posisi untuk memerankan tugas secara proporsional. Kadang-kadang orang tua memerinta melebihi perannya sebagai seorang ayah atau ibu. Demikian pula sebaliknya, kadang-kadang anak tidak menyadari posisinya sebagai seorang anggota keluarga di bawah naungan ayah dan ibu.
Kesadaran memerankan posisi dalam ruang keluarga dapat dihadirkan dengan menyadarkan diri bahwa sebenarnya adegan yang diperankan oleh para aktor sedang ditonton oleh banyak orang meskipun secara nyata tidak ada yang melihat. Saat para aktor merasa ditonton, tentu adegan-adegan akan berjalan sesuai dengan naskah kehidupan yang sudah disepakati bersama oleh anggota keluarga. Tidak akan ada aktor yang memerankan dirinya melebihi dari porsi yang sudah ditentukan oleh pemimpin rumah tangga sebagai sutradara.

Drama kehidupan rumah tangga akan terus berjalan secara proporsional sesuai tuntutan naskah yang telah dipilih dan disepakati bersama. Adegan-adegan apa pun yang dilakukan oleh aktor, semuanya dapat dipertanggungjawabkan makna dan nilainya, baik gestur, mimik, maupun dialognya. Ketika nuansa seni seperti nuansa panggung teater selalu hadir dalam ruang-ruang keluarga, suasana rumah tangga juga akan tetap harmonis seperti keharmonisan antara aktor, sutradara, dan penonton.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun