Mohon tunggu...
Yan Rijal
Yan Rijal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nasionalis dan NU Saudara Kembar, Jangan Diadu Domba

6 Februari 2017   18:00 Diperbarui: 6 Februari 2017   18:11 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suhu politik menjelang pencoblosan Pilkada DKI Jakarta makin panas. Aksi saling bully terus terjadi. Yang kembali membuat heboh adalah pernyataan mantan Presiden SBY yang mengaku kena sadap.

Dalam konferensi pers di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2017) sore, SBY menyatakan, kalau ponselnya disadap. Pernyataan SBY soal sadap-menyadap menjadi bola liar. Liar dan ‘menghantam’ ke mana-mana. Ada kesan, hubungan nasionalisme dan NU sedang digoyang.

Padahal dalam sejarah politik di tanah air, nasionalisme dan NU seperti saudara kembar. Keduanya selalu bekerjasama dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Soekarno yang mewakili golongan nasionalis selalu bekerjasama dengan para ulama NU. Kedekatan Soekarno dan NU adalah menyepakati soal Islam dan Budaya sesuai ukuran ketaatannya masing-masing.

Kedekatan lainnya yakni pada ranah pemikiran. Baik Soekarno maupun NU sama-sama menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme agama dan budaya. Dan, nasionalisme ala NU yang digagas oleh para kiai berbasis spirit Islam. Berdasrkan data, NU berdiri pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Kota Surabaya, Jawa Timur. Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini pertama kali dipimpin KH Hasjim Asy’ari.

James G. Kellas (1998: 4) menilai, nasionalisme merupakan suatu bentuk ideologi. Sebagai ideologi, nasionalisme membangun kesadaran rakyat sebagai suatu bangsa serta memberi seperangkat sikap dan program tindakan. Tingkah laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan menjadi bagian dari suatu komunitas bangsa. 

Sedangkan nasionalisme Indonesia bisa ditafsirkan sebagai nasionalisme yang sejak awal anti kolonialisme dan anti imperialisme.

Pasca reformasi kedekatan NU dan nasionalisme terus terjalin. Megawati yang mewakili golongan nasionalisme beriringan dengan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bahu-membahu merawat Bhineka Tunggal Ika dan memperjuangkan ideologi Pancasila. Megawati-Gus Dur saling menghormati, menjaga dan mengingatkan. 

Untuk menjaga persatuan dan kesatuan, Gus Dur saat menjabat sebagai Presiden RI pernah berpesan kepada Megawati yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Gus Dur berharap agar kalangan nasionalis yang diwakili PDI Perjuangan dan Nahdliyin (NU) agar tidak ada gesekan.

Pesan Gus Dur kepada Megawati ini sangat dalam. Karena, Gus dur paham jika NU dan nasionalisme terjadi gesekan tidak ada lagi bemper pengawal NKRI. Semoga NU dan nasionalisme tetap menjadi saudara kembar dalam membangun bangsa dan negara. (Catatan: KOPI HITAM)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun