Mohon tunggu...
Rijaalun Jamaal
Rijaalun Jamaal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Optimalisasi Liquified Natural Gas (LNG) sebagai Bahan Bakar Rendah Karbon di Era Transisi Energi

30 November 2021   10:00 Diperbarui: 10 Februari 2022   19:52 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Selain digunakan sebagai bahan bakar, gas alam juga merupakan bahan baku yang dibutuhkan oleh berbagai sektor industri, mulai dari industri pupuk, petrokimia, manufaktur, metanol, cat, plastik, farmasi, dan industri-industri lainnya. Gas alam juga dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas ekspor.

Dalam mendorong penggunaan gas alam di era transisi energi ini, masih ada beberapa masalah yang harus dituntaskan. Salah satu masalah dihadapi oleh negara kepulauan di Asia Pasifik semisal Indonesia adalah sulitnya pembangunan infrastruktur jaringan pipa untuk proses distribusi gas alam. 

Perlu diketahui bahwa cadangan gas bumi Indonesia paling banyak terletak di wilayah Timur sedangkan konsumen terbesarnya berada di wilayah Indonesia Barat. Jauhnya jarak antara produsen dan konsumen, kontur wilayah yang beragam serta banyaknya jumlah pulau juga akan berdampak pada semakin tingginya biaya distribusi. Maka dari itu diperlukan skema logistik yang tepat guna menyediakan gas bumi dengan moda jaringan pipa ataupun non pipa. 

Gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) merupakan solusi yang sangat tepat untuk masalah tersebut karena dalam kondisi cair, gas alam lebih mudah untuk disimpan dan didistribusikan tanpa menggunakan jaringan pipa. 

LNG dibentuk dari gas alam yang didinginkan dengan menggunakan liquefaction plant hingga suhunya mencapai -260 derajat Fahrenheit atau setara dengan -162,2 derajat Celcius. Selama proses pendinginan volume gas akan tereduksi hingga 600 kali lipat dari volume awalnya lalu gas akan berubah fasa menjadi cair. Setelah itu, LNG akan disimpan di dalam tangki penyimpanan untuk selanjutnya didistribusikan dengan menggunakan LNG carriers berupa kapal ataupun truk khusus. Setelah sampai di tujuan selanjutnya, LNG akan diubah kembali ke dalam fasa gas lewat proses regasifikasi menggunakan regasification plant. Kemudian gas akan disalurkan kepada konsumen melalui jaringan pipa.

Saat ini LNG menjadi faktor kunci bagi tumbuhnya pasar gas alam dunia, pada tahun 2019, permintaan global terhadap LNG tumbuh sebesar 12,5% menjadi 359 juta ton. Bahkan pada tahun 2040, permintaan LNG diproyeksikan akan naik dua kali lipat menjadi 700 juta ton. Untuk permintaan di wilayah Asia dan Asia Tenggara sendiri diproyeksikan tumbuh hingga 185 juta ton pada 2040. 

Hal ini diantaranya didukung oleh harga yang lebih murah dan kompetitif serta faktor meningkatnya security supply dimana kebutuhan akan energi yang mudah disimpan dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain juga semakin meningkat. Penggunaan LNG sebagai bahan bakar pembangkit listrik dapat membantu mendorong transisi penggunaan batu bara ke gas sebagai bahan bakar di sektor pembangkit listrik. Konversi PLTU batu bara ke PLTG akan membantu mengurangi emisi karbon. 

Di sektor transportasi, LNG juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Dengan harga LNG yang lebih murah dibandingkan harga solar non subsidi, maka akan berdampak pada turunnya biaya operasional kendaraan.  

Saat ini harga LNG berkisar di 6,6-7 USD/MMBTU (Million British Thermal Unit), sedangkan solar non subsidi sekitar Rp 9.000-10.000/liter atau setara dengan 18-20 USD/MMBTU. LNG sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar kendaraan berukuran besar yang jarak operasionalnya relatif jauh seperti bus, truk, kapal, dan kereta api. Pada kendaraan tersebut nantinya akan dipasang converter kit yang mengubah mesin berbahan bakar solar menjadi mesin berbahan bakar gas.

Saat ini pasokan LNG di Indonesia dalam kondisi surplus, jumlah produksinya tak seimbang dengan penyerapannya. Untuk itu diperlukan komitmen pemerintah dalam menggunakan LNG untuk kepentingan dalam negeri. 

Pemerintah juga diharapkan dapat mendorong pemangku kebijakan terkait untuk menyusun langkah-langkah konkrit guna meningkatkan konsumsi gas alam cair dalam negeri. Diantaranya yaitu dengan menyusun kebijakan yang terintegrasi, menyusun insentif yang lebih menarik minat investor, melakukan fiksasi harga jual gas, serta mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung bagi produsen dan calon konsumen LNG berupa jaringan pipa, converter kit, regasification plant, dan terminal LNG. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun