Melindungi anak adalah naluri alami setiap orang tua. Tak jarang, demi memastikan anaknya aman, orang tua menjadi sangat berhati-hati dalam setiap langkah yang diambil oleh sang buah hati. Namun, ketika kewaspadaan tersebut berubah menjadi sifat overprotective, justru dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak.
Apa Itu Sifat Overprotective?
Sifat overprotective adalah sikap orang tua yang terlalu melindungi, membatasi, bahkan sering kali mengekang anak dalam banyak hal. Mulai dari aktivitas sederhana seperti bermain di luar rumah, mengambil keputusan kecil, hingga urusan pergaulan. Semua seolah harus berada di bawah kendali orang tua. Sekilas, tindakan ini terlihat wajar karena didasari rasa sayang. Namun, tanpa disadari, sikap berlebihan ini dapat menghambat tumbuh kembang anak, terutama dalam aspek kemandirian dan kemampuan bersosialisasi.
Dampak Overprotective terhadap Anak
1. Anak Menjadi Manja dan Tidak Mandiri
Anak yang selalu ditolong orang tua akan kesulitan untuk mengurus kebutuhan sendiri. Mulai dari hal kecil seperti merapikan mainan hingga mengambil keputusan, mereka akan terbiasa bergantung pada orang lain.
2. Menghambat Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah bagian penting dalam kehidupan. Anak yang jarang diberi kesempatan bergaul akan kesulitan memahami tata krama, sopan santun, serta cara menghadapi orang lain di lingkungannya.
3. Kurang Mampu Mengatasi Konflik
Dalam kehidupan sehari-hari, konflik adalah hal yang wajar. Namun, anak yang terbiasa "dibantu" menyelesaikan masalah oleh orang tuanya akan kesulitan mencari solusi sendiri ketika menghadapi perbedaan pendapat atau pertengkaran kecil dengan teman.
4. Menurunnya Rasa Percaya Diri
Karena terlalu sering diarahkan dan dikontrol, anak bisa merasa tidak mampu berdiri sendiri. Akibatnya, mereka tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Wandari dkk. (2023) yang menyebutkan bahwa Seorang anak yang orang tuanya overprotective juga jarang menyelesaikan konflik sendiri, karena sering dibantu menyelesaikan konflik. Dengan situasi tersebut maka anak kurang mendapat kesempatan untuk mempelajari macam-macam tata cara atau sopan santun pergaulan di lingkungannya.
Penutup
Niat baik orang tua untuk melindungi anak seharusnya tidak berubah menjadi belenggu yang justru membatasi mereka. Alih-alih terlalu protektif, lebih baik orang tua memberi ruang, mendampingi, serta membimbing anak untuk belajar dari pengalaman. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan mampu menghadapi dunia nyata dengan lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI