Mohon tunggu...
Rifqy adrika
Rifqy adrika Mohon Tunggu... Mahasiswa

hobi denger musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Agama dalam Bidang Kesehatan

27 Februari 2023   21:50 Diperbarui: 27 Februari 2023   22:00 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama memegang peranan yang sangat penting dalam bidang kesehatan. Agama pada hakekatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yangsejahtera di dunia dan diakhirat. Secara universal agama member tuntutan kepada manusiamelakukan yang baik dan menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama termasuk masalah kesehatan. Masyarakat Indonesia sering dikatakan sebagai masyarakat religious karena setiap warga masyarakat menganut suatu agama atau kepercayaan dan menjalankan ajarannya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya itu. Sifat yang demikian telah dinyatakan dalam sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam beberapa agama, kesehatan fisik dan rohani dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, agama memberikan arahan dan aturan yang dapat membantu dalam menjaga kesehatan.

Sehat badannya sebagai cerminan dari sehat jasmani, damai di hatinya sebagai cerminan dari sehat rohani dan punya makanan untuk sehari-harinya sebagai cerminan darisehat sosial. Dari sini dapat dipahami bahwa sehat bukan dalam kondisi stabil antara aspek  jasmani rohani sosial dan lingkungan. Menurut WHO sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari badan jiwa (mental) dan sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.

Manusia yang sehat ialah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan penuh daya kemampuan. Dengan kemampuannya itu ia dapat menumbuhkan danmengembangkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Pada umumnya orang beranggapan bahwa kesehatan penting bagi kehidupan manusia. Tetapi sebagian besar berpandangan bahwa seseorang dianggap sehat bila berada dalam keadaan tidak sakit dan tidak cacat. Kesehatan dipandang sebagai sesuatu yang alami dimiliki oleh setiap orang.  Kadang kala orang baru sadar akan pentingnnya pemeliharaan kesehatan bila pada suatu saat dirinya atau anggota keluarganya terkena sakit. Dengan kata lain, pengertian kesehatan terlalu sempit hanya terabatas pada upaya mencari pengobatan terhadap penyakit yang sedang dideritanya.

Kesehatan juga dipahami secara statis, hanya terbatas pada keadaan sehat atau sakit yaitu, sehat dalam arti tidak sakit dan sakit dalam arti tidak sehat. Tingkatan keadaan sehat atau sakit kurang dipahami sehingga upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan yang mestinya dilakukan pada waktu sehat kurang diperhatikan oleh masyarakat luas. Padahal, pemeliharaan kesehatan untuk mencegah penyakit nilainya lebih baik dari pengobatan terhadap penyakit.

Dalam agama Islam juga dianjurkan untuk melakukan ruqyah, yaitu perawatan kesehatan dengan cara membaca ayat-ayat Al-Quran dan doa. Ruqyah dipercayai dapat mengobati berbagai penyakit, baik yang berasal dari faktor fisik maupun spiritual.

Dalam agama Kristen, kesehatan juga dianggap sebagai anugerah dari Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, ditegaskan bahwa kesehatan rohani dan fisik saling terkait dan harus dijaga dengan baik. Oleh karena itu, dalam agama Kristen juga dianjurkan untuk menjaga pola hidup sehat dan melakukan perawatan kesehatan secara rutin.

Agama juga memiliki peran dalam bidang kesehatan mental. Dalam agama Buddhisme, dianjurkan untuk melakukan meditasi dan mindfulness untuk menjaga kesehatan mental. Meditasi dipercayai dapat menenangkan pikiran dan mengurangi stres, serta membantu dalam mengatasi masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Konsep agama mempunyai dua makna, yaitu makna statis dan dinamis. Makna statis lebih berorientasi untuk menunjuk religi sebagai sistem sosial agama secara formal, misalnya Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Sedangkan makna dinamis adalah suatu sifat atau semangat keagamaan. Aspek dinamis ini selain bersifat subjektif sesuai dengan pengalaman keagamaan dan penghayatan masing-masing, juga tidak selamanya terkait dengan agamanya secara formal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sedangkan kesehatan menurut WHO adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial bukan hanya bebas dari penyakit, cacat,  dan kelemahan.

  • Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling mendukung. Contoh adalah orang yang hendak melaksanakan ibadah haji (islam) membutuhkan peran tenaga medis untuk melakuka general check up kesehatan supaya kegiatan ibadah haji dapat berjalan dengan baik.
  • Contoh lain, yaitu tradisi puasa atau diet merupakan salah satu terapi yang telah diakui oleh kalangan medis dalam meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, ajaran agama sejatinya memiliki potensi untuk memberi dukungan terhadap kesehatan dan begitu pun sebaliknya.
  • Selain itu, agama dan kesahatan juga saling melengkapi. Saling melengkapi yang dimaksudkan disini adalah adanya peran dari agama untuk mengoreksi praktik kesehatan atau ilmu kesehatan yang mengoreksi praktik keagamaan. Dengan adanya saling koreksi ini, menyebabkan praktik kesehatan dapat dibangun lebih baik lagi.
  • Islam memberikan ajaran bahwa buka puasa akan lebih baik dengan cara memakan makanan yang manis. Perintah ini dianggap sebagai sesuatu yang dianjurkan (sunnah). Namun, secara kesehatan buka puasa dengan makanan yang manis ini bukan dimaksudkan sebagai sesuatu yang menyehatkan, tetapi lebih ditujukan untuk memulihkan kondisi tubuh sehingga tidak kaget ketika akan menerima asupan yang lebih banyak lagi. Dengan kaya lain, buka puasa dengan makanan yang manis bertujuan untuk menggantikan energi yang telah hilang dan menstabilakannya kembali.

Bila mengingat kode etik yang berlaku dalan bidang kedokteran atau keperawatan, untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak boleh membeda-bedakan ras, suku, agama, dan adat istiadat. Artinya tenaga medis tidak boleh bertindak diskriminasi terhadap pasien.  

Prinsip kode etik ini sudah tidak ada perbedaan pendapat. Tampaknya sudah dapat dengan mudah unruk memahami tuntutan profesionalitas tenaga medis tersebut. Namun disisi lain jika dilihat dari sisi kewajiban, seorang tenaga medis adalah menghargai hak pesien. Dengan kata lain, tenaga medis harus menjunjung tinggi hak-hak pasien, termasuk menghargai pemahaman agamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun