Mohon tunggu...
Rifqi Daffa
Rifqi Daffa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Keterbatasan adalah Batu Loncatan dalam Membuat Konten

9 Juni 2021   06:21 Diperbarui: 9 Juni 2021   06:35 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dunia media diera sekarang menjadi sajian lengkap dalam memenuhi segala aktivitas kehidupan apalagi semakin banyaknya teknologi yang berkembang mendukung menciptakan produk media yang dinikmati saat ini. Ketika berbicara perihal media tentu tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari. Media yang paling mudah dijumpai yakni media massa seperti surat kabar.

Pada awal mula kemunculannya surat kabar menjadi senjata pamungkas dalam membombardir pikiran pembaca. Penggunaan surat kabar dari awal eranya diajak untuk mengolah informasi menjadi buah pikiran antar pembaca. Setelah buah pikiran tersebut dikemas dalam paham persepsi memunculkan pertukaran pikiran yang berbeda atau bahkan sama satu sama lain. Kemudian setelah terjadi pertukaran pikiran muncul gagasan baru yang mengisi media hingga berangsur-angsur.

Media berkembang setelah mengalami beberapa periode yang cukup lama. Pada awal mula yang minim akan elemen grafis telah berubah seperti saat ini yang kaya akan unsur grafis. Tentu saja dalam penyajian media perlu memperhatikan lalu lintas audiens. Apakah audiens termasuk generasi yang bagaimana dalam bergaya. Unsur stylist dari kehidupan nyata kemudian diikutsertakan ke dalam media yang dibuat harus disortir agar sesuai dengan beberapa unsur dari audiens sendiri seperti usia, jenis kelamin, jenis media yang digunakan dan sebagainya. Dalam pengolahan media yang salah satunya melibatkan unsur grafis dapat disebut sebagai Content Creator.

Content Creator merupakan seseorang atau bagian yang mendalami dunia mengolah pesan menjadi sebuah karya dapat berupa desain atau karya tulis mengenai apa yang diolah. Sosok Content Creator sangat mudah dijumpai di era seperti sekarang. Tuntutan untuk tetap berkarya sesuai perkembangan zaman menjadi latar belakang munculnya content creator dari segala penjuru nusantara. 

Kemudahan dalam mengolah informasi menjadi sebuah karya dengan pemanfaatan teknologi menjadi daya tarik utama lahirnya para Content Creator. Unsur lain sebagai penunjang munculnya content creator adalah adanya peluang kerja yang lebar dalam divisi kreatif yang dinaungi oleh para content creator. Sebagai seorang yang bertarung dalam dunia desain saya pernah merasakan menjadi seorang content creator.

Saya yang saat ini menjadi mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta prodi Ilmu Komunikasi memiliki beberapa pengalaman dalam dunia content creator.  Awal mula saya bergabung dalam dunia content creator ketika memasuki awal kelas 10 atau kelas satu Sekolah Menengah Kejuruan. Bergabung dalam agensi milik teman saya dituntut untuk memberikan asupan konten berupa desain grafis seperti vector atau vexel dan infografis sederhana. Dapat dibilang cukup susah untuk anak sekolah yang masih awam mengenai dunia kreatif. 

Dalam mengolah konten saat itu cukup keteteran karena tidak ada kiblat yang menjadi inspirasi saya dalam mengolah konten dan juga konten harus fresh tanpa plagiarisme. Sering terjadi miss komunikasi antara saya dan pemilik agensi karena apa yang mereka harapkan berbeda dengan aa yang saya kerjakan. Hal tersebut tidak berlangsung lama hingga akhirnya saya mengundurkan diri dari agensi tersebut.

Menginjak kelas 11 atau kelas dua Sekolah Menengah Kejuruan saya tertarik bergabung dalam agensi lain berbeda dari sebelumnya yakni sebagai pengolah konten video. Dalam menjalankan tugas saya cukup menikmati daripada yang sebelumnya karena selain ketertarikan saya dalam dunia video juga banyaknya panutan dalam berkarya melalui video. 

Setiap satu minggu saya diwajibkan menyetorkan tiga video dengan konsep dan tema yang berbeda sebagai contoh seperti video pertama dengan tema vintage, video kedua dengan tema thriller dan video ketiga dengan tema modern mix comedy atau sebagainya. Tentu saja dalam mengolah konten apalagi dalam ranah video memerlukan perangkat yang dibilang cukup berbudget tinggi bagi anak sekolah. 

Ketika mengalami kendala dalam mengolah video seringkali saya meminta bantuan teman untuk melakukan editing karena perangkat yang saya gunakan hanya spesifikasi rendah. Atau ketika dalam pencarian bahan video seringkali terkendala oleh beberapa faktor sebagai contoh seperti cuaca yang kurang mendukung, talent yang tidak ready, keterlambatan jadwal, kehabisan jam sewa kamera, dan yang paling parah adalah kejadian tidak terduga seperti insiden laka yang menyebabkan salah satu kamera pecah dan tidak dapat diselamatkan. 

Namun dibalik kemalangan pasti ada hikmah yang dapat dipetik seperti pepatah mengatakan Bersedih-sedih dahulu bersenang-senang kemudian, terbukti ketika konten video yang saya olah cukup menghibur dan enak dinikmati oleh orang lain muncul beberapa tawaran yang menarik dari agensi lain seperti tawaran bergabung dalam tim videografis stasiun televisi swasta daerah, tim creative Wedding Organizer yang di indukkan dengan vendor lain dan sebagainya. 

Dari sekian banyaknya tawaran, salah satu yang membuat saya tertarik adalah menjadi videographer dalam pernikahan namun tanpa terikat vendor lain alias dalam vendor atau PH sendiri. Memang cukup berat, dari merintis awal seperti mencari partner yang konsisten, mencari alat seperti kamera tripod dan sebagainya dan mencari konsumen yang siap menggunakan jasa vendor atau PH yang saya berikan. 

Awal mula berjalan cukup sukar karena budget yang saya berikan dirasa terlalu tinggi untuk sebuah video wedding di kota tempat saya tinggal. Beberapa masukan dari sahabat saya terima hingga saya dan tim memutuskan untuk berani mengambil resiko out of the box berbanding jauh dari tujuan awal yang merupakan mencari pemasukan berganti menjadi mencari popularitas atau mencari panggung untuk PH yang saya dirikan. 

Salah satu contoh yaitu memberikan jasa video nikah salah satu teman saya secara cuma-cuma atau gratis 100% dari awal para pengantin disiapkan hingga ke akhir acara. Hal ini cukup melelahkan karena jam kerja bukan nine to five tetapi 16 jam mulai dari pukul 05:00 hingga pukul 21:00. Pada proses editing video dan gambar memakan waktu empat hari dengan hasil yang dapat dibilang cukup memuaskan. Tanpa diduga dari hasil jasa sukarela tersebut nama PH yang saya dirikan mulai dikenal banyak pihak dan jam terbang semakin tinggi.

Saat ini saya bekerja menjadi Content Creator dalam sebuah produk sandang dan pangan di daerah tempat tinggal saya. Kesepakatan kerja yang diberikan yakni wajib memberikan postingan sosial media Instagram tiga postingan dalam sehari. Harapan saya dalam negeri kita tercinta Indonesia perlu menerapkan konsep menghargai para pembuat konten dengan mengapresiasi karya yang mereka produksi apabila tidak tertarik cukup dilewatkan bukan malah dihujat. 

Dilansir dari jabar.idntimes, youtube memiliki 500 jam konten bau setiap menitnya, hal ini menjadi peluang besar setiap kalangan untuk bergabung menjadi seorang membuat konten dari yang awal mula sederhana dan berkembang dari waktu ke waktu menjadi seorang professional content creator. 

Namun perlu diingat juga bahwa di negara kita menghargai pembuat konten masih jarang dilakukan bahkan yang lebih parah lagi adalah dengan mudahnya mencuri atau meniru atau plagiarisme konten orang lain dengan kemiripan 90% tetapi traffic penikmat malahan datang kepada si peniru bukan pada si pembuat konten asli. 

Semoga beberapa waktu yang akan datang masyarakat menjadi lebih menghargai para pembuat konten karena perlu diketahui bahwa ide merupakan barang mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun