Dari sekian banyaknya tawaran, salah satu yang membuat saya tertarik adalah menjadi videographer dalam pernikahan namun tanpa terikat vendor lain alias dalam vendor atau PH sendiri. Memang cukup berat, dari merintis awal seperti mencari partner yang konsisten, mencari alat seperti kamera tripod dan sebagainya dan mencari konsumen yang siap menggunakan jasa vendor atau PH yang saya berikan.Â
Awal mula berjalan cukup sukar karena budget yang saya berikan dirasa terlalu tinggi untuk sebuah video wedding di kota tempat saya tinggal. Beberapa masukan dari sahabat saya terima hingga saya dan tim memutuskan untuk berani mengambil resiko out of the box berbanding jauh dari tujuan awal yang merupakan mencari pemasukan berganti menjadi mencari popularitas atau mencari panggung untuk PH yang saya dirikan.Â
Salah satu contoh yaitu memberikan jasa video nikah salah satu teman saya secara cuma-cuma atau gratis 100% dari awal para pengantin disiapkan hingga ke akhir acara. Hal ini cukup melelahkan karena jam kerja bukan nine to five tetapi 16 jam mulai dari pukul 05:00 hingga pukul 21:00. Pada proses editing video dan gambar memakan waktu empat hari dengan hasil yang dapat dibilang cukup memuaskan. Tanpa diduga dari hasil jasa sukarela tersebut nama PH yang saya dirikan mulai dikenal banyak pihak dan jam terbang semakin tinggi.
Saat ini saya bekerja menjadi Content Creator dalam sebuah produk sandang dan pangan di daerah tempat tinggal saya. Kesepakatan kerja yang diberikan yakni wajib memberikan postingan sosial media Instagram tiga postingan dalam sehari. Harapan saya dalam negeri kita tercinta Indonesia perlu menerapkan konsep menghargai para pembuat konten dengan mengapresiasi karya yang mereka produksi apabila tidak tertarik cukup dilewatkan bukan malah dihujat.Â
Dilansir dari jabar.idntimes, youtube memiliki 500 jam konten bau setiap menitnya, hal ini menjadi peluang besar setiap kalangan untuk bergabung menjadi seorang membuat konten dari yang awal mula sederhana dan berkembang dari waktu ke waktu menjadi seorang professional content creator.Â
Namun perlu diingat juga bahwa di negara kita menghargai pembuat konten masih jarang dilakukan bahkan yang lebih parah lagi adalah dengan mudahnya mencuri atau meniru atau plagiarisme konten orang lain dengan kemiripan 90% tetapi traffic penikmat malahan datang kepada si peniru bukan pada si pembuat konten asli.Â
Semoga beberapa waktu yang akan datang masyarakat menjadi lebih menghargai para pembuat konten karena perlu diketahui bahwa ide merupakan barang mahal.