Mohon tunggu...
Rifqi Asha
Rifqi Asha Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa yang berusaha untuk mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri

Selanjutnya

Tutup

Film

Mise en Scene dalam Film Dokumenter 'Pengasuh ODGJ, Pengasih Kehidupan'

12 Januari 2023   06:11 Diperbarui: 12 Januari 2023   06:27 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Saran saya, ketika adegan wawancara dengan narasumber, bisa lebih diperhatikan lagi dari segi penataan set baik properti, kostum, dan yang lainnya. Karena dari segi penceritaan sudah cukup baik namun tampilan setting (penataan artistik) tempat ketika pemaparan narasumber terlihat kurang menarik.

Meski penempatan artistiknya sedikit kurang diperhatikan, namun kostum atau pakaian yang dikenakan oleh pemeran dalam film ini terlihat dengan jelas. Dalam film ini terlihat jika perawat dan pasien memiliki kostum yang seragam dengan keterangan tulisan yang ada di bajunya. Itu merupakan suatu hal yang penting karena kita jadi tahu dan bisa membedakan mana pasien dan mana yang bukan pasien.

Lighting

Dari segi pencahayaan sendiri, saya tidak menemukan ciri khas atau sesuatu yang berbeda dari film ini. Terlihat di dalam film ini sepertinya tidak ada penataan khusus untuk lighting kecuali untuk tempat yang dirasa terlihat gelap dan memerlukan cahaya tambahan untuk mendukung keperluan visual.

Saya kira, konsep dari film ini memang ingin memperlihatkan situasi dan kondisinya seperti tampak apa adanya agar terlihat lebih natural. Dikarenakan juga memang tempatnya yang bisa dibilang tidak terlalu besar dan tidak terlalu luas, membuat penataan cahaya sendiri menjadi kurang leluasa. Jadi memang pilihannya tidak terlalu banyak menggunakan cahaya tambahan dari alat dan lebih memanfaatkan sumber cahaya yang ada dari cahaya alami dan lampu yang berada disana agar kesan naturalnya dapat lebih terlihat.

Directing

Penyutradaraan dalam film ini bisa dibilang cukup baik karena sutradara dapat mengarahkan narasumber untuk dapat mengeluarkan semua perasaan yang dia alami dan rasakan. Narasumber disini juga bercerita sampai mereka mengeluarkan emosinya karena melihat, mengalami, merasakan banyak hal, kejadian, serta peristiwa selama mengasuh dan membina ODGJ.

Sutradara disini juga dapat menata visual dengan apa yang dibicarakan oleh narasumber dengan baik, banyak footage yang menunjang serta mendukung sebagai penguatan cerita dalam film ini.

Meskipun memang tidak terlalu banyak pengadeganan yang dibuat, namun kegiatan dan aktivitas yang dilakukan para pasien disana terlihat mencerminkan mereka yang memang sedang mengalami sakit jiwa. Banyak shot yang secara detail memperlihatkan ekspresi dan perilaku para pasien disana.

Terlihat sutradara juga sudah cukup dekat dengan beberapa pasien, bukan hanya narasumber saja. Di akhir film, ada seorang pasien yang membacakan visi misi Yayasan Jamrud Biru dimana sudah pasti itu merupakan hal atau peristiwa yang memang diarahkan secara khusus dalam menambah dramatisasi film.

Namun kurangnya dalam film ini yaitu hasil audio pemaparan dari narasumber yang kurang baik outputnya sehingga suara yang dihasilkan kurang jernih dan terkesan terpendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun