Bahasa sangat memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses berkomunikasi. Bahasa digunakan sebagai media interaksi sesama manusia untuk mengungkapkan suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi, bahasa bisa menentukan darimanakah kalangan yang menggunakannya. Penggunaan sebuah bahasa dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan, pendidikan, dan karakter penggunanya. Berarti bahasa yang keluar dari setiap manusia akan berbeda satu dengan yang lain, meski yang dimaksudkan sama tetapi penggunaan dan penempatan katanya bisa saja berbeda. Hal ini membuktikan bahwa bahasa sangat bervariasi. Adanya variasi dalam bahasa menjadikan bahasa kaya akan keberagaman bentuk kata.
Keberagaman kata dinilai menjadi suatu hal yang positif, dikarenakan dalam penggunaan bahasa nantinya manusia akan semakin dipermudah. Namun, variasi bahasa digunakan bergantung oleh beberapa hal. Menurut Mansoer Pateda (1990:52), variasi bahasa dilihat dari segi tempat, segi waktu, segi pemakai, segi pemakainya, segi situasi, dan dari status sosialnya. Dalam variasi bahasa terdapat pola-pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Dengan begitu, maksud yang sama dapat ditemukan pada struktur kata yang berbeda dipengaruhi oleh perkembangan zaman, perbedaan daerah, dan konteks situasinya.
Ragam bahasa ditemukan baik pada kata yang memiliki konotasi baik ataupun tidak. Hanya saja, ragam bahasa yang berkonotasi tidak baik lebih cepat meyebarluas, tentunya hal tersebut dibantu oleh perkembangan teknologi dan sifat manusia yang sering salah paham. Penggunaan kata sindiran, makian, atau umpatan menjadi media sebagai bentuk ekspresi kekesalan manusia terhadap suatu hal. Bahkan banyak yang menggunakan kata-kata tersebut hanya karena mengikuti perkembangan zaman yang dirasa bahasa tersebut lebih kekinian.
Menurut Wijana dan Rohmadi (2013: 109) umpatan adalah alat pembebasan dari segala bentuk dan situasi yang tidak mengenakkan, walaupun dengan tidak menolak adanya fakta pemakaian umpatan yang secara pragmatik mengungkapkan pujian, keheranan, dan menciptakan suasana pembicaraan yang akrab. Berarti secara tidak sadar umpatan juga merupakan bentuk kedekatan pengguna satu dengan pengguna lain, sehingga memilih kata-kata tersebut untuk meluapkan ketidakenakan akan sesuatu hal yang dirasa bertentangan dengan logika dan perasaan.
Kata umpatan yang sering digunakan oleh manusia modern saat ini yang juga merupakan kata slang adalah sebuah pelesetan dari nama hewan. Seperti kata "anjay" kata tersebut sepadan dengan nama hewan "anjing". Adapun bentuk lain yang memiliki arti yang serupa seperti "anjir, anjrit, anjim, dan lain-lain". Kata-kata ini sering digunakan untuk mengungkapkan kekesalan ataupun pernyataan awal dalam membuka omongan yang menggebu-gebu.
Menurut Andersson (dalam Karjalainen, 2002:17) mengemukakan setiap tuturan umpatan mengandung  konteks emosi yang tidak hanya mengungkapkan situasi kemarahan, tapi juga dapat mengandung konteks emosi yang tidak hanya mengungkapkan konteks keterkejutan, ketakutan, kesedihan, kekecewaan, kesukaan, kegembiraan, dan kebosanan. Hal ini membuktikan bahwa dalam penggunaan bahasa sangat dipengaruhi oleh karakter penggunanya. Karakter penggunanya yang cenderung cepat marah atau emosi menyebabkan kata-kata seperti ini sering digunakan sebagai bentuk pelampiasan. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang yang sedang tidak marah dan tidak memiliki kekesalan dapat juga mengucapkan kata-kata umpatan seperti itu. Saat ini, ungkapan tersebut sepertinya sudah lazim diucapkan oleh siapapun dari kalangan manapun dan dalam konteks apapun. Terdengar lebih mengikuti perkembangan zaman padahal hanya ikut-ikut saja.
Dalam sebuah kajian ilmu pragmatik, ungkapan umpatan seperti ini digunakan untuk menyindir seseorang secara tersirat ataupun tersurat. Mengapa demikian? Dikarenakan tidak semua orang mengetahui maksud dan perkembangan dari variasi kata tersebut. Walaupun terdengar mirip-mirip, tetapi tidak semua orang akan berpikir bahwa itu memiliki arti yang sama. Pragmatik tidak hanya mengkaji dari respon yang diberikan oleh orang, tetapi juga pernyataan awal seseorang yang dapat menyebabkan timbulnya perspektif yang berbeda. Sebuah pandangan yang ternyata dapat menyebabkan seseorang memulai atau melanjutkan sebuah komunikasi dengan kata umpatan membuktikan bahwa adanya perasaan nyaman setelah menggunakan kata seperti itu. Dalam ilmu kebahasaan, pragmatik sangat berkaitan dengan makna dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penggunanya. Kata-kata umpatan memang ditujukan untuk memberitahukan lawan bicara bahwa ada sesuatu yang tidak baik-baik saja dalam informasi yang diberikan, sehingga kata umpatan diharapkan dapat mewakili perasaan yang dirasa oleh penggunanya.
Menurut Crystal (dalam Darlis: 2009) kata-kata umpatan atau kata-kata cabul mungkin merupakan sinyal yang biasa digunakan ketika seseorang marah atau frustasi. Dalam hal seperti ini,psikologi pengguna berperan penting dalam proses pemilihan kata dalam berkomunikasi. Perasaan marah yang dirasakan oleh pengguna bahasa dapat menyebabkan pengguna bahasa memilih kata yang dapat mewakili perasaannya. Keadaan frustrasi dan stres pun memengaruhi bahasa yang dikeluarkan, dikarenakan bahasa yang dikeluarkan juga berdasarkan dari perasaan yang dialami oleh hati. Sebagaimana hati dapat menentukan kualitas pembicaraan seseorang.
Kata "anjay, anjir, anjrit, dan anjimm" yang menjadi salah satu bentuk variasi bahasa kata umpatan ternyata sangat menyalurkan ekspresi manusia yang sedang dalam kondisi tidak stabil perasaannya. Perasaan senang yang dialami seseorang tidak memiliki pengaruh yang besar dalam proses pemilihan kata tersebut. Walaupun banyak sekali yang tidak menggunakan kata-kata tersebut pada tempatnya, tetapi penggunaan kata umpatan dalam kondisi atau perasaan yang bahagia sangat kecil sekali kemungkinannya. Dikarenakan saat bahagia seseorang akan cenderung memilih kata yang menaikkan mood perasaannya. Dengan cara memilih kata-kata yang mewakili perasaannya seperti kata bijak, sopan, dan memiliki etika.
Menurut Trudgill dan Andersson (dalam Stone, 2015: 66) mengemukakan bahwa kata umpatan adalah kata atau bahasa yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sesuatu hal yang mengacu pada sesuatu yang tabu, kurang sopan, dan sesuatu yang dilarang di dalam suatu budaya.