Mohon tunggu...
rifki isnaini nurul rifai
rifki isnaini nurul rifai Mohon Tunggu... pembisnis

penulis adalah seorang mahasiswa yang sedang kuliah di program studi bisnis digital di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. penulis juga memiliki bisnis trifting dan tertarik untuk membahas apapun yang berkaitan dengan bisnis trifting

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Dompet aman,Gaya menang: mengintip Peluang Emas di balik Bisnis Thrifting 2026

15 Oktober 2025   11:10 Diperbarui: 15 Oktober 2025   11:10 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

Halo para pembaca,
Pernah nggak sih, kamu buka lemari yang penuh sesak tapi tetap merasa "nggak punya baju"? Rasanya hampir semua dari kita pernah, ya. Kita terus-menerus membeli baju baru untuk mengikuti tren, tapi ujung-ujungnya hanya jadi tumpukan kain yang jarang terpakai.
Dulu, solusi untuk masalah ini mungkin hanya "beli baru lagi". Tapi coba deh lihat sekarang, terutama di kalangan anak muda. Ada sebuah pergeseran besar sedang terjadi. Jawaban atas lemari yang membosankan itu kini justru datang dari lemari orang lain. Ya, kita bicara soal thrifting atau berburu pakaian bekas.
Kalau beberapa tahun lalu beli baju bekas mungkin masih dipandang sebelah mata, kini thrifting sudah jadi semacam lencana kehormatan. Ini bukan lagi soal "nggak mampu beli baru", tapi sudah berevolusi menjadi sebuah pilihan cerdas dan sadar gaya. Dan percayalah, di tahun 2026 nanti, tren ini bukan cuma akan bertahan, tapi bakal meledak lebih besar lagi.
Bagi kamu yang jeli melihat peluang, ini adalah sebuah tambang emas yang menunggu untuk digali.
Kenapa Thrifting Bakal Makin Jadi Primadona?
Sederhana saja: thrifting menjawab tiga kebutuhan besar generasi sekarang.
1. Ekonomi Akal Sehat: Siapa yang tidak suka mendapatkan barang berkualitas dengan harga miring? Dengan thrifting, kamu bisa mendapatkan jaket dari brand ternama dengan harga yang jauh lebih terjangkau.
2. Peduli Lingkungan (Sustainability): Anak muda sekarang makin sadar dampak industri fast fashion. Membeli baju bekas berarti memperpanjang umur sebuah pakaian dan mengurangi sampah tekstil. Ini adalah cara termudah untuk ikut berkontribusi pada gerakan fashion berkelanjutan.
3. Gaya yang Nggak Pasaran: Bosan pakai baju yang sama dengan ribuan orang lain? Di dunia thrifting, setiap item itu unik. Kamu bisa menemukan "harta karun" tersembunyi yang membuat gayamu jadi beda dan punya cerita.
Tren Bisnis Thrifting yang Akan Merajai Tahun 2026
Nah, kalau kamu tertarik untuk terjun ke bisnis ini, jangan hanya berpikir untuk menjual baju bekas secara asal. Pemenang di tahun 2026 adalah mereka yang bisa membaca tren dan memberikan nilai lebih. Berikut adalah beberapa tren yang saya prediksi akan sangat besar:
* Era Toko Super Spesialis (Hyper-Niche): Lupakan era menjual semua jenis baju dalam satu karung. Ke depan, toko yang paling dicari adalah yang punya fokus jelas. Bayangkan saja, ada toko yang khusus menjual sportswear original seperti Nike dan Adidas, ada yang fokus pada gaun vintage era 80-an, atau bahkan hanya khusus menjual jaket denim. Pembeli akan lebih mudah menemukan apa yang mereka cari, dan penjual bisa membangun reputasi sebagai ahli di bidangnya.
* Kurasi Adalah Raja: Ini adalah pembeda terbesar. Bisnis thrifting di masa depan bukan lagi sekadar menjual, tapi mengurasi. Artinya, setiap produk yang ditawarkan sudah melewati proses seleksi ketat. Pembeli tidak mau ambil risiko. Mereka mencari jaminan kualitas: barang yang warnanya masih pekat, bahannya bagus layak pakai, dan pastinya tidak ada sobek atau bolong. Tentu saja, semua sudah harus dalam keadaan bersih dan siap pakai. Penjual yang bisa memberikan jaminan ini akan memenangkan kepercayaan pasar.
* Pengalaman Belanja Digital yang Menyeluruh: Foto produk yang seadanya sudah tidak cukup. Di tahun 2026, pengalaman belanja online akan semakin imersif. Pemanfaatan TikTok untuk styling, live shopping di Instagram untuk menunjukkan detail produk secara langsung, dan membangun komunitas yang solid akan menjadi kunci. Estetika visual yang bersih dan minimalis akan lebih disukai karena membuat produk terlihat lebih premium.
Peluang di Depan Mata
Bisnis thrifting bukan lagi sekadar bisnis sampingan. Ini adalah sebuah ekosistem ekonomi kreatif yang punya potensi luar biasa besar di Indonesia. Ini adalah titik temu antara kecerdasan finansial, kepedulian lingkungan, dan ekspresi diri yang otentik.
Jadi, buat kamu yang mungkin sedang bingung mencari peluang usaha, coba tengok lagi tumpukan pakaian di sekitarmu. Mungkin saja, ide bisnis miliaran rupiah berikutnya justru berawal dari sana

penulis adalah seorang mahasiswa yang sedang kuliah di program studi bisnis digital di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. penulis juga memiliki bisnis trifting dan tertarik untuk membahas apapun yang berkaitan dengan bisnis trifting

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun