Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Konferensi Heritage Toba: Kemasan dan Pendekatan Baru di New Normal-Sebuah Catatan

25 Oktober 2021   18:52 Diperbarui: 25 Oktober 2021   19:00 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dengan kemasan anak muda. Eaaa | dokpri

Contoh itu diperlihatkan oleh Menteri Pariwisata, Pak Sandiaga Uno, yang memberi sambutannya secara daring. Saya tidak tahu apakah itu daring langsung, ataukah beliau sudah merekam sambutannya sebelumnya. Tapi, apapun itu, kehadiran beliau yang tidak diwakilkan harus diapresiasi karena dirasakan sebagai bentuk engagement kepada para hadirin.

Hal menarik kedua yang cukup jelas terlihat adalah adanya upaya pelaksanaan protokol kesehatan yang sudah menjadi semakin lumrah dan diterima oleh semuanya. Terdapat satu tenda khusus untuk para peserta untuk diswab sebelum masuk ruangan. Para peserta tanpa disuruh pun selalu memakai masker. Tempat duduk pun dibuat berjarak. Tidak ketinggalan juga satu hal menarik: acara digelar di ruang semi terbuka.

"Pertemuan tidak harus selalu di ruang tertutup".

Suasana lokasi, konferensi di sebelah sana, pameran sebelah sini | dokpri
Suasana lokasi, konferensi di sebelah sana, pameran sebelah sini | dokpri

Jika selama ini acara sebuah konferensi internasional itu diselenggarakan di ruang auditorium hotel megah, acara Konferensi Heritage Toba ini dilakukan di sebuah museum. "Pelataran" Museum. Disebut pelataran, karena lokasinya di luar ruangan utama museum. 

Tapi diberi tanda kutip karena sebenarnya ini juga masih bagian dari museum. Lokasi berada di lantai bawah museum yang terpisah dari gedung utama. Ruangan terbuka, dengan tiga sisi nya bebas, tidak berdinding. Dengan demikian, udara, angin dan sinar matahari pun akan bebas berlalu lalang. Saya pikir ini ide yang oke sekali, karena tentunya ini pun sudah mengurangi jejak karbon secara signifikan: menggunakan cahaya alami dan pendingin ruangan alami. Dan selain itu, view nya tuh ajib banget. Masya Allah indahnya. 

Spot favorit penulis | dokpri
Spot favorit penulis | dokpri

Terutama satu spot yang saya sukai, di sayap kiri jika menghadap panggung. View ke Danau Toba dengan air hijau kebiruan, ditingkahi langit yang biru diselang-seling awan putih. Belum lagi latar depannya hijau pepohonan dan sawah, dengan sudut kiri muncul bangunan gereja dengan menaranya. Picturesque sekali. Spot itu pada saat disirami cahaya mentari akan sangat bagus untuk berfoto.

Penulis dengan produk UMKM yang dibeli dengan voucher digital | dokpri
Penulis dengan produk UMKM yang dibeli dengan voucher digital | dokpri

Hal lain yang sepertinya baru kali ini dilakukan adalah acara konferensi berdampingan dengan pameran produk-produk UMKM. "Tidak ada yang baru ah". Memang sih kalau dilihat dari sisi fisik: konferensi dan pameran berada di satu lokasi hanya dipisahkan sekat tipis. 

Tapi yang sangat menarik adalah para peserta konferensi  "dipaksa" untuk membeli produk-produk peserta pameran setelah "dibekali" voucher berbelanja berupa QR code yang langsung dikirimkan ke hape masing-masing peserta. Saya tidak menggali lebih jauh darimana sumber dana yang diberikan itu -- karena rombongan pemenang tulisan Toba mendapatkannya secara cuma-cuma, namun saya pikir bahwa itu berasal juga dari uang pendaftaran para peserta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun