Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kerokan Tidak Menyakitkan dan Manjur

18 November 2017   19:58 Diperbarui: 18 November 2017   20:13 3523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara kerokan yang benar | Foto: materi presentasi Prof Didik

Tubuhnya terlihat segar. Reaksi yang sama seperti jika si Ibu dikerok: tubuh segar, relaks, hilang stress dan badan ringan serta nyaman. Buktinya, setiap selesai dikerok, si Ibu pasti tidur pulas. Paginya, dia segar sekali. Aaah.

Yang lucu ketika mengerok si Ade adalah melihat reaksinya. Ketika dikerok, si Ade bukannya meringis kesakitan. Dia malah ketawa kegelian. Kenapa bisa? Ya iyalah, tangan si Ayah kapalan dan kasar? Bukan atuh, kan yang mengeroknya juga si Ibu. Itu karena kita memakai alat yang berbeda untuk mengerok si Ibu dan si Ade.

Si Ade kegelian kalau dikerok. Kulit yang kena masuk angin terlihat memerah | Foto: Rifki Feriandi
Si Ade kegelian kalau dikerok. Kulit yang kena masuk angin terlihat memerah | Foto: Rifki Feriandi
Untuk si Ade, si Ibu menggunakan bawang merah. Bawang merah cukup ditekankan ke punggung Ade dengan cara yang sama seperti mengerok. Karena bentuk alatnya berupa bawang, maka tidak terjadi erosi kulit. Namun demikian, jika si Ade lagi beneran sakit, biasanya gosokan bawang pun sudah cukup meninggalkan atau memunculkan warna merah tipis di kulit. 

Sementara untuk mengerok si Ibu, biasanya dipakai uang logam. Jika sedang berkunjung ke rumah Enin (nenek), biasanya kita menggunakan uang koin jadul yang disebut benggol. Tetapi kalo sedang di rumah sendiri, kita memakai uang koin biasa. Cuman, koin yang paling cocok dipakai adalah koin yang cukup berat. 

Contohnya koin seribu edisi dulu yang cukup besar dan berwarna kuning emas dan warna logam. Koin yang sekarang terlalu tipis jadi terkadang terlalu gampang membuat erosi kulit. Karena si Ayah suka mengoleksi uang receh dari luar negeri, maka terkadang dipakai juga uang dua puluh sen  Australia yang cukup berat sebagai alat kerok.

Uang 20 cent Australia, cukup berat, enak buat kerokan | Foto: Rifki Feriandi
Uang 20 cent Australia, cukup berat, enak buat kerokan | Foto: Rifki Feriandi
Ibu dapat uang, Ade dapat bawang. Lalu Ayah dapat apa?

Nah, sebagai cowok, si Ayah biasanya lebih suka dibekam dibanding dikerok. Sebelum dibekam pun ada "kerokan" juga, dengan menggunakan kop yang digeser-geser. Sensasinya sama dengan dikerok.

Apapun metoda dan alat yang dipakai, kearifan local dalam bentuk kerokan itu perlu diturunkan ke anak cucu kita. Selain holistic dengan 4M -- Mudah, Murah, Mesra dan Manjur, kerokan juga aman dari sisi kesehatan

Hasil penelitian Prof. DR. dr. Didik Gunawan Tamtono. PAK, MM, MKes, menunjukan reaksi inflamasi yang terjadi akibat kerokan adalah ringan dan bersifat lokal saja. Adapun ketakutan akan bahayanya semisal menimbulkan serangan jantung atau penularan penyakit belum terbukti. Betul sih, Nenek penulis yang doyan dikerok meninggal, tetapi beliau meninggal di usia 85. Meninggal usia tua. Setelah sekian puluh tahun kerokan tidak berefek apa-apa.

Ingat Kerokan. Ingat 4M -- Murah, Mudah, Mesra dan Manjur.

Ingat! Kerokan. Tidak menyakitkan tapi menyembuhkan. Sakit karena kerokan tergantung seberapa bapernya pasien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun