Mohon tunggu...
Ikky Chain
Ikky Chain Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa aktif yang hari-harinya mengahabisi waktu bermainnya dengan membaca menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kembali Menyoal, Apa Tujuan Organisasi

14 Februari 2021   05:56 Diperbarui: 14 Februari 2021   06:13 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Begitu banyak hasil-hasil penelitian serta buku-buku yang diterbitkan. Bahkan juga lebih banyak diterbitkan melalui artikel-artikel yang dituliskan oleh pendahulu-pendahulu. Tak terinklusif diskusi yang dibuat oleh kita untuk mengurai benang kusut teori, tujuan, dan praktik organisasi secara nasional. Sepertinya, kita hanya berputar-putar di bagian yang telah dimulai sebelumnya. Divergensi pendapat termimpi-impi, sedikit berkembang, dan justru terjadi hanya debat yang tanpa arah jelas.

Sebagai balasannya, kekacauan dan intoksikasi pemikiran pun melanda semua bagian yang ada di setiap organisasi, termasuk kaderisasi, strategi pengembangan, maupun penilaian masyarakat kepada organisasi. Olehnya itu, sepertinya kita perlukan suatu diskusi yang begitu mendasar tentang tujuan sejati setiap proses di dalam organisasi.

Merujuk pada makna dari pengertian organisasi adalah suatu perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dengan terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu. Dimana tujuan tersebut bermakna pada konteks melahirkan manusia yang bertakwa, berbudi luhur, cakap, bertanggung jawab terhadap ilmunya serta komitmen dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Negara. Sesungguhnya, tujuan tersebut telah transparan menetapkan bahwa seluruh proses di sebuah organisasi haruslah ditujukan untuk pengembangan keseluruhan potensi anggota untuk mencapai kehidupan sejahtera, baik secara spiritual, fisik, maupun mental, yang bukan hanya melahirkan manusia yang baik (good human) apalagi sekadar hanya menciptakan manusia yang kompetitif. Meskipun sebenarnya, dua tujuan yang disebutkan terakhir tersebut merupakan sebuah pembenaran. Tetapi, perlu dipahami bahwa membatasi pada dua tujuan berproses di organisasi terakhir itu dapat berakibat fatal dalam mencapai kehidupan anggota yang sejahtera.

Tujuan berproses di organisasi seharusnya meliputi pengembangan individual dan universal yang termasuk didalamnnya pengembangan dan kemampuan reflektif, serta kapasitas spritualitas dan moral individual yang tidak hanya dibatasi dalam konteks kolektif sesama anggota-anggota.

Para pendahulu mestinya mengusahakan dan menyelenggarakan satu system dalam organisasi agar diwajibkan secara nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia pada setiap kader dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentunya hal tersebut tidak dimaksudkan untuk mengeksklusi nilai penting dalam tujuan organisasi sebagai wadah untuk melahirkan kader maupun manusia yang baik, bahkan juga sebagai warga Negara yang kompetitif. Jika merujuk dengan apa yang disampaikan salah seorang pakar yang bernama Max Weber bahwa "organisasi merupakan sebuah kerangka hubungan yang memiliki struktur. Dimana, terdapat wewenang, tanggung jawab serta pembagian kerja yang dilakukan untuk mengelola dan menjalankan sebuah fungsi dan tujuan organisasi".

Mangkirnya Falsafah Tujuan organisasi
Persoalan ini terletak pada kurangnya sosialisasi filosofi tujuan organisasi. Sebagaimana dikeluhkan Dr. H. A. Muhdati Ridwan, M.Ag dalam tulisannya di pmii.or.id menyebutkan bahwa dalam beberapa kesempatannya terlibat dalam forum kaderisasi, ketika bertanya tentang apa tujuan organisasi?. Kata dia, banyak diantara kader yang masih gamang menjawab atau malah tidak tahu. Bukan hanya kalangan sahabat-sahabat baru dan lama bahkan diantaranya adalah pengurus organisasi.

Hal tersebut merupakan sebuah gambaran bahwa tujuan organisasi belum termaktub dalam diri atau batin seorang anggota. Seakan tujuan organisasi hanya tersimpan pada sebuah lembaran kertas konstitusi organisasi. Akibatnya, hal tersebut dapat dan telah menimbulkan kerancuan dalam pengamalan makna dari tujuan organisasi serta praktik-praktik organisasi di level-level yang lebih praktis. Dengan demikian, tujuan organisasi pun teredukasi dalam rumusan yang pada hakikatnya membatasi organisasi sebagai suatu wadah untuk melahirkan semata-mata manusia-manusia yang baik, dalam rangka membina suatu nasion yang kuat dan mampu untuk bersaing dengan nasion-nasion lainnya.

Ganjarannya, organisasi terus menerus dikuasai oleh penekanan pada hanya domain kognitif dan psikomotorik yang pada akhirnya melupakan domain afektif dan moralitas. Namun yang lebih parah, penggarapan domain kognitif dan psikomotorik dilakukan dengan strategi teknik hafalan tanpa pikir (rote memorization), ketimbang menggalakkan rasa keingintahuan dan kreativitas mereka sebagai seorang kader.

Membentuk Daya Tampung Moral dan Reflektif
This is the end but not the last , perlu ditegaskan di sini bahwa, pentingnya menjadikan pembentukan daya tampung moral dan reflektif sebagai bagian dari tujuan organisasi makin diperkuat oleh pendahulu-pendahulu yang menyatakan bahwa unsur-unsur tersebut merupakn kunci utama dalam menjadikan individu-individu kader sebagai manusia-manusia yang baik, dan bahkan juga sebagai kader yang kompetitif. Banyak para pendahulu yang menunjukkan betapa, tidak hanya pencapaian kebahagiaan fisik, mental, dan spiritual, bahkan keberhasilan suatu individual lebih banyak ditentukan pada daya tampung reflektif dan kekuatan moralnya.

Tulisan tersebut dilontarkan untuk memberikan pengertian kepada anggota di berbagai organisasi. Bahwa sebenarnya peran organisasi bukan hanya membentuk  manusia yang kompetitif tetapi juga bagaimana melahirkan manusia yang berahlakul Kharimah.

Penulis : Muh. Rifky Syaiful Rasyid (Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun