Mohon tunggu...
Rifi Hadju
Rifi Hadju Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Buku Min Turobil Aqdam (2018), Tadabbur Cinta (2019), Gadis Pattani Dalam Hati (2019)

Rifi Hadju adalah nama panggung saya. Aslinya, saya Ade Rifi. Lahir di Surabaya, 21 Februari, dua puluh sekian tahun yang lalu. Saat ini sedang berkuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya, menempuh prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Baru sejak tahunan lalu memiliki ketertarikan di dunia kepenulisan, terutama pada irisan sastra. Sekarang disibukkan bertengkar dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bonek dalam Perspektif yang Lebih Paripurna

13 Januari 2020   20:26 Diperbarui: 18 Januari 2020   15:34 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak puluhan tahun lalu, Bonek hadir dengan membawa nilai-nilai ke-Suroboyo-an yang diperkenalkan kepada publik Surabaya, Jawa Timur, dan daerah-daerah di Indonesia yang mereka kunjungi bersama laga-laga yang dijalani Persebaya. Dimana Persebaya berlaga, disitu Bonek pasti ada.

Karakteristik Bonek kental dengan sosio-kultur-budaya Surabaya. Tidak salah rasanya menyebut Bonek sebagai 'wajah'-nya Surabaya. Perjalanan panjang, asam-pahit pedas-manis sudah Bonek rasakan. 

Mereka kenyang dengan kejayaan dan masa kelam. Bahkan, celetukan ala warung kopi diantara mereka, "kalau cuma urusan anarkis, Bonek sudah banyak sertifikatnya," memang begitulah kenyataannya. Bonek wis tuwuk dengan sambut haru. Bonek pula wis tuwuk dengan hujan batu.

Dipuja tidak terbang, dihina takkan tumbang. Bonek tidak lupa daratan dengan tepuk tangan. Bonek juga tidak lari dari kenyataan dengan laku buruk di antara mereka. "Lek salah ngomong salah, lek bener ngomong bener, iki Suroboyo, ojok ita-itu," ujar mereka dalam menghadapi pelbagai persoalan.

Kini Bonek tengah sibuk merevolusi diri, mengusahakan stigma baru, membangun nilai-nilai yang baru. Satu hal tampak, Bonek adalah satu-satunya pendukung sepak bola di Indonesia yang berinisiatif untuk urunan membangun panti asuhan sendiri. Panti Asuhan Bonek, namanya. 

Bonek juga memiliki peran aktif tatkala terjadi "kegiatan alam" di Indonesia. Yang terakhir, Bonek secara sukarela menggalang dana terhadap banjir yang menggenangi Jakarta. Yang notabenenya, Jakarta ialah kota rival bagi Bonek dalam dunia sepak bola.

Rupanya, Bonek memiliki kesadaran seperti yang dinyiahkan Mbah Nun pada saat Sinau Bareng CNKK di Polrestabes Surabaya 3 tahun lalu. Fungsi infanteri, artileri, kavaleri dan zeni mulai mereka jalankan secara alamiah. Bonek sebagai pendukung Persebaya, Bonek sebagai subjek sosial-budaya Indonesia, Bonek sebagai manusia dan Bonek sebagai makhluk yang beragama dan bertuhan.

Mbah Nun & Bondo Nekat

"Rek, anggetmu, koen tok ta sing Bonek iku? Masio aku yo Bonek, Rek. KiaiKanjeng yo Bonek, Rek...!" seru Mas Doni, vokalis KiaiKanjeng, dihadapan puluhan ribu Bonek yang menyambutnya dengan gemuruh tepuk tangan.

Seruan Mas Doni mengantarkan Bonek dalam perspektif yang lebih paripurna. Bahwa, Bonek tak sekadar ihwal sebagai kata benda (Pendukung Persebaya), namun juga mencakup kata sifat dan kata kerja.

Bondo nekat sebagai kata sifat dan kata kerja inilah yang acapkali kurang kita sadari potensi energinya sebagai bagian dari anugerah Allah Swt yang dipinjamkan kepada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun