Mohon tunggu...
Rifdah Lutfia
Rifdah Lutfia Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswasaya

saya seorang mahasiswa yang ingin belajar hal baru, hobby saya ialah memasak dari memasak inilah saya juga suka berjualan hasil masakan saya. topik konten favorite berita terkini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Dinamika Kepribadian dan Isu Pindah Agama: Perspektif Teori Humanistik Abraham Maslow

23 Mei 2024   20:51 Diperbarui: 23 Mei 2024   20:58 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pindah agama adalah fenomena yang seringkali menimbulkan kontroversi di masyarakat. Keputusan seseorang untuk meninggalkan agama yang telah dianut sejak lahir dan memilih keyakinan baru tidak hanya mencerminkan perubahan keyakinan religius, tetapi juga menunjukkan dinamika kepribadian yang kompleks. Dalam menganalisis isu ini, teori humanistik Abraham Maslow tentang hierarki kebutuhan manusia memberikan perspektif yang menarik untuk dipertimbangkan.

Hierarki Kebutuhan Maslow dan Keputusan Pindah Agama
Abraham Maslow adalah salah satu tokoh psikologi yang terkenal dengan pemikirannya yang komprehensif mengenai kepribadian manusia. Pemikirannya dikenal dengan berbagai nama, mulai dari teori humanistik (humanistic theory), teori transpersonal (transpersonal theory), mazhab ketiga psikologi, mazhab keempat dalam kepribadian, teori kebutuhan (need theory), hingga teori aktualisasi diri (self-actualization theory). Namun, Maslow sendiri lebih suka menyebut pemikirannya sebagai Teori Dinamika-Holistik.
Teori Dinamika-Holistik mengasumsikan bahwa keseluruhan kepribadian manusia termotivasi secara konstan oleh berbagai kebutuhan dan potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis, yang pada akhirnya mencapai aktualisasi diri.Menurut Maslow, individu memiliki lima tingkatan kebutuhan yang mempengaruhi motivasi mereka: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Proses pindah agama dapat dipahami sebagai upaya individu untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi dalam hierarki ini, terutama kebutuhan akan aktualisasi diri.
1.Kebutuhan Sosial dan Penerimaan
Pada tahap kebutuhan sosial, individu mencari hubungan yang penuh kasih sayang dan rasa memiliki. Pindah agama dapat terjadi ketika seseorang menemukan komunitas yang lebih mendukung dan memberikan rasa keterikatan yang lebih kuat dibandingkan dengan agama sebelumnya. Misalnya, seorang individu yang merasa terasing dalam komunitas agama asalnya mungkin menemukan penerimaan yang lebih besar dalam agama baru, yang menawarkan jaringan sosial yang lebih inklusif dan mendukung.
2.Kebutuhan Harga Diri dan Pencarian Identitas
Kebutuhan harga diri melibatkan pencarian penghargaan dari diri sendiri dan orang lain. Ketika seseorang merasa tidak dihargai atau tidak memiliki peran yang berarti dalam komunitas agamanya, mereka mungkin mencari agama baru yang menawarkan rasa identitas yang lebih kuat dan peran yang lebih signifikan. Contohnya, seorang individu yang merasa terpinggirkan dalam agama asalnya karena pandangan atau latar belakangnya bisa merasa lebih dihargai dalam agama baru yang lebih inklusif terhadap perbedaan.
3.Kebutuhan Aktualisasi Diri dan Pencarian Makna
Puncak dari hierarki Maslow adalah kebutuhan aktualisasi diri, yaitu realisasi potensi penuh dan pencapaian makna hidup yang mendalam. Aktualisasi diri merupakan puncak dari hierarki kebutuhan Maslow dan mencerminkan kondisi kesehatan psikologis yang optimal, di mana seseorang dapat hidup sesuai dengan potensi terbaiknya. Pindah agama sering kali merupakan langkah dalam pencarian makna yang lebih dalam dan kepuasan spiritual. Seorang individu yang merasa bahwa agama asalnya tidak lagi memenuhi kebutuhan spiritualnya mungkin beralih ke agama yang dirasa lebih mendalam dan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan eksistensialnya.

Studi Kasus: Pindah Agama dalam Kehidupan Selebriti
Contoh nyata dari fenomena pindah agama bisa dilihat dalam kehidupan beberapa selebriti yang memilih untuk beralih keyakinan. Salah satu kasus yang cukup terkenal adalah penyanyi pop terkenal, Cat Stevens, penyanyi dan penulis lagu legendaris asal Inggris, memutuskan untuk menjadi mualaf pada akhir tahun 1977. Setelah memeluk Islam, ia mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Keputusan ini lahir dari pengalaman spiritual yang mendalam, dipicu oleh peristiwa hampir tenggelam di Malibu, California, pada tahun 1976. Insiden tersebut mendorongnya untuk mencari jawaban spiritual, dan berkat hadiah Al-Qur'an dari saudaranya, hidupnya berubah drastis.
Setelah konversi ke Islam, Yusuf Islam memilih untuk mundur dari dunia musik selama hampir tiga dekade. Selama periode ini, ia mendedikasikan dirinya pada kegiatan filantropi dan pendidikan, dengan mendirikan beberapa sekolah Islam dan yayasan amal. Dedikasinya dalam membantu masyarakat menunjukkan komitmen kuatnya terhadap iman barunya.
Pada awal 2000-an, Yusuf Islam kembali ke dunia musik dengan nama Yusuf. Ia merilis album-album yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan perjalanan hidupnya yang baru. Kisah peralihannya ke Islam dan kontribusinya setelah itu menggambarkan perjalanan spiritual yang mendalam serta dedikasi yang tulus terhadap keyakinannya.

Argumentasi dan Implikasi
Dari sudut pandang teori humanistik Maslow, pindah agama adalah proses yang wajar dalam pencarian makna dan pemenuhan diri seseorang. Ini bukan sekadar perubahan keyakinan, tetapi juga refleksi dari kebutuhan psikologis yang mendalam. Masyarakat perlu memahami bahwa keputusan untuk pindah agama bukanlah tindakan yang dilakukan tanpa pemikiran matang, tetapi merupakan bagian dari perjalanan individu menuju aktualisasi diri dan pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi.
Pemahaman ini dapat membantu mengurangi stigma terhadap mereka yang memilih untuk berpindah agama dan mendorong sikap yang lebih inklusif serta mendukung terhadap keputusan spiritual individu. Dalam dunia yang semakin plural, pemahaman tentang dinamika kepribadian dan kebutuhan individu adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling menghormati perbedaan.
Pindah agama merupakan fenomena yang kompleks dan sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis yang mendalam. Dengan menggunakan perspektif teori humanistik Abraham Maslow, kita dapat memahami bahwa keputusan ini sering kali didorong oleh pencarian makna, kebutuhan akan penerimaan sosial, dan pemenuhan harga diri. Memahami motivasi di balik pindah agama dapat membantu masyarakat untuk lebih menghargai perjalanan spiritual individu dan mendukung pencarian mereka akan makna dan aktualisasi diri.

Referensi :
Hadori, M. (2015). Aktualisasi-Diri (Self-Actualization); Sebuah Manifestasi Puncak Potensi Individu Berkepribadian Sehat (Sebuah Konsep Teori Dinamika-Holistik Abraham Maslow). LISAN AL-HAL: Jurnal Pengembangan Pemikiran dan Kebudayaan, 9(2), 207-220.
Arroisi, J. (2022). Problem Aktualisasi Diri Abraham Maslow Perspektif Al-Ghazali (Analisis Studi Pemikiran Psikologis). Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, 13(2), 169-188.
https://ameera.republika.co.id/berita/rb8e8w414/cat-stevens-ungkap-kembali-dua-kejadian-yang-membuatnya-memeluk-islam, diakses 22 Mei 2.58 WIB.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun