"Aku?? Apa salahku Ray?"
"Iya kamu, karenamu orangtuaku selalu memujimu saat kamu datang ke rumahku, aku selalu tidak pernah dianggap sebagai anaknya karenamu!"
Raysha pergi meninggalkanku dengan begitu banyak luka, seakan -- akan ribuan pedang menusuk hati ini. Aku menangis tersedu- sedu, aku tidak mengerti kenapa semua bisa terjadi. Aku pulang dengan perasaan yang hancur, begitupun dengan perasaan Raysha yang selama ini mengalami hal tersebut.Â
Setiap hari aku mengurung diri di kamar dan menangis, aku masih tidak bisa memaafkan diri ini. Pagi yang selalu cerah kini berubah menjadi gelap, kicau burung yang dahulu merdu dan menambah semangat hidupku, kini berubah menjadi alunan musik sendu yang menambah rasa kesepian ini. Tidak ada lagi pelangi yang mewarnai hari -- hariku.
Hari berlalu dengan cepat, secepat dia melupakanku dan semua kenangan indah bersama. Tanpa kusadari, dia telah mempunyai sahabat yang baru. Dengan mudah dia melupakanku, sedangkan aku disini tidak berdaya kehilangan sahabat sepertinya. Sahabat yang selalu aku anggap saudaraku sendiri. Sampai saat ini ada hal yang ingin aku sampaikan kepadanya "Aku merindukanmu, sahabatku".