Pandanglah danau yang tenang agar kamu bisa menenangkan jiwa, bahwa tak ada guna menyusahkan hal yang kamu tak suka. Allah berfirman yang maksudnya kira-kira bahwa kamu (baik jin maupun manusia) jangan membenci sesuatu karena bisa jadi dia yang terbaik bagi kamu, dan sesuatu yang kamu suka belum tentu baik untuk kamu. Jadi, baik-buruk adalah relatif, tergantung dari sudut mana kamu memandang. Sama pula tampan dan kurang tampan atau cantik dan kurang cantik itu bukan mutlak.
Marilah tafakur sejenak, betapa Allah maha benar dengan firman-Nya :
Pertama, Rasa Sakit
Apakah kamu pernah tertusuk duri ikan, apalagi duri ikan asin? Rasanya pedih bukan buatan. Bagaimana kalau rasa sakit dihilangkan Allah, tentu asyik, kan! Padahal apa yang kamu pikir asyik, amat bisa membunuh kamu.
Sekarang mari mengambil contoh kecil saja. Andaikata kaki kamu tertusuk paku berkarat. Tapi, kamu tak merasakan karena tak mempunyai rasa sakit. Akhirnya, kamu terkena tetanus. Lagi-lagi kamu tak merasakan sakit tetanus. Belakangan, apa yang terjadi, kamu bisa mati. Seperti itu juga yang dialami orang lain. Lalu, akan bertahan berapa lama hidup manusia di muka bumi tanpa rasa sakit?
Rasa sakit memberi inisiatif kepada manusia berobat untuk bertahan hidup. Orang luka merasakan sakit agar dia bisa mengobati luka. Orang yang terbakar akan menghindar dari sesuatu yang menyebabkan terbakar itu karena rasa sakit, lalu mengobati luka bakar, juga karena rasa sakit.
Kedua, Rasa Susah
Mengapa juga kamu hidup susah terus, sementara sudah berusaha dan berdoa? Sementara mereka yang sudah berusaha tanpa doa, bahkan berselimut dosa, hidupnya senang terus? Hal itu karena Allah sayang. Ibaratnya orangtua akan menasehati anaknya yang merokok agar berhenti merokok karena rasa sayang. Mereka tak akan menasehati anak tetangga yang merokok karena rasa sayang itu tak sebesar sayang kepada anaknya.
Sebenarnya susah itu tak akan terus-menerus kamu rasakan. Sesekali juga ada juga rasa senang. Tapi, karena memang tabiat manusia sering lupa bersyukur, maka hanya rasa susah yang menyemak di kepala.
Memang keluarga kamu susah harta, tapi kamu memiliki orangtua yang soleh dan solehah lagi sayang. Kamu juga memiliki saudara yang mengasihi dan menyayangi kamu. Sementara teman kamu yang keluarganya kaya harta, orangtuanya tak utuh sebab sudah bercerai. Ayah atau ibu teman kamu lebih mementingkan pekerjaan ketimbang anaknya. Saudara teman kamu juga ibarat kucing dengan anjing, ribut terus.
Bisa jadi pula kamu orangtua yang melulu susah harta, atau single parent, tapi anak kamu selain soleh maupun solehah, juga langganan peringkat pertama di sekolah. Dia juga sekolah melulu mendapat beasiswa. Sementara teman kamu orangtua yang kaya harta, bahkan suami-istri lengkap, tapi memiliki anak yang berulangkali tak naik kelas, beberapa kali terlibat narkoba, dan alih-alih sayang, kerapkali durhaka kepada orang tua.