Untunglah, dia tahu pertanyaannya. Ketika seorang pelayan melintas, dia langsung bertanya. "Sini dulu!" katanya agar pelayan itu mendekat. Lalu, Ja Limbat bertanya agak pelan. "Di mana tempat pertean (pen; buang air besar)?"
"Oh, di atas meja, Pak." Pelayan bingung mendengar pertanyaan kawan kita ini. Dipikir pelayan maksud Ja Limbat adalah pertehan atau tempat minum teh. Ja Limbat juga lebih bingung. Bagaimana mungkin tempat buang air besar di atas meja. Sembarangan saja!
Ja Limbat bertanya pula ke pelayan lain,"Sini dulu! Di mana di sini tempat miting (pen; buang air besar). Pelayan berpikir, maksud Ja Limbat adalah ruang pertemuan.
"Oh, nanti lurus ke belakang, belok kanan, terus kiri, nah...disituh," jawab pelayan. Mantap, dalam hati Ja Limbat. Melesat pula dia ke belakang. Dia terkejut, tempat buang air besar sampai segede gaban. Di atas pintu tertulis kalimat "Ruang Meeting".
Ja Limbat menggaruk-garuk kepala yang memang gatal. Seorang satpam yang melihat dia kebingungan, berkata, "Oh, maaf, Pak. Bapak dari PT. Barus Kamper, ya? Rapatnya baru diadakan besok. Bapak lupa kalau hari ini Minggu?"
Matilah kawan satu ini. Perutnya semakin melilit. Beruntung Ja Sulaiman melihat dia. "Ah, kau di sini rupanya. Ayo, penjemput sudah datang. Maca mana kau ini, sudah ditunggu dari tadi."
"Alah Makjang, gimana, nih. Aku mau miting?" Merah sudah muka Ja Limbat.
"Kau kantongi batu saja. Nanti di rumah kawanku, baru kau buang hajatmu itu." Ja Sulaiman kelihatan kesal. Matilah kawan kita satu ini. Tahankan....
Note : (Cerita Mandailing) diceritakan kembali oleh penulis