Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Ja Limbat

15 Agustus 2019   11:59 Diperbarui: 15 Agustus 2019   12:36 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Baca juga :1, 2, 3, 4

Malam ini Lopo Sapangkek (pen; lopo sebaya) tutup lebih awal. Ja Limbat, Mizan, Irul, Wan, RM, dan beberapa orang yang tak bisa saya sebutkan satu per satu, berkumpul di rumah Tuan Kari. Mereka mau menghadiri undangan kenduri, karena Tuan Kari akan mengaqigah cucunya.

Pertama-tama mereka hanya duduk dan berbicara ngalor-ngidul di luar. Ja Limbat, yang biasanya suka membual, malam ini banyak diam. Berkali-kali dia menjauh dari rombongan teman-temannya, karena bunyi kriuk-kriuk perut yang lapar. Memang, dia menyengaja tak makan menjelang Maghrib tadi. Dia dengar Tuan Kari memotong dua ekor kambing untuk acara kenduri itu. Makanyalah Ja Limbat sudah membayang-bayangkan makan besar dari siang tadi. Sengaja dia mengosongkan perut, agar bisa makan sebanyak-banyaknya. Makan gulai daging kambing, apalagi ditambah gulai terong, alangkah nikmatnya! Ja Limbat sesekali ingin merubah menu, dari berlauk sambal dan ikan asin, atau mei rebus Wak Midah, menjadi gulai daging kambing.

"Apa kau belum makan ya, Ja Limbat?"tanya Mizan sambil menyukit perut Ja Limbat yang tetap buncit itu. "Aku dengar perut kau kriuk-kriuk dari tadi." Mizan tertawa. Ja Limbat menghisap rokoknya dalam-dalam, dan menghembuskannya ke wajah Mizan, sampai lelaki itu terbatuk-batuk.

"Kuping kau awas juga. Perutku ini memang pintar. Karena tahu ada kenduri, malas dia berlauk sambal dan ikan asin. Merajuk dia. Jadi tak makanlah aku tadi sore, agar muat banyak perutku. Gulai daging kambing, Mizan." Berdecak Ja Limbat sambil membayangkan menyantap gulai kambing dengan dagingnya yang besar-besar itu. Tertawa orang-orang yang mendengarnya. Kalau masalah makan Ja Limbat-lah nomor satunya. Bahkan masakan siapa saja di kampung Tor Siojo (pen; bukit siojo) dia tahu mana yang lebih enak. Beruntunglah dia menjadi master icip-icip. Pasal gulai daging kambing tadi, sudah juga dia icip-icip. Mantap rasanya. Terbit air liur Ja Limbat.

"Ayo, Bapak-Bapak. Naiklah ke rumah. Kita yasinan dulu, nanti dilanjutkan makan malam," ajak Tuan Kari. Orang-orang di luar itu, masuklah sudah. Semua melingkar di ruang tamu dan tengah rumah Tuan Kari yang besar.

Ketika acara yasinan dimulai, beberapa kali Ja Limbat melirik ke arah dapur. Lama pula acara makan-makan dimulai. Selesai yasinan dilanjutkan acara marhaban dan cukur rambut. Pukul setengah sepuluh malam, usailah acara yang membuat bunyi kruik-kruik di perut Ja Limbat semakin ramai.

Kebetulan Ja Limbat duduk di sebelah Mizan. Mereka satu hidangan.

Eh, tiba-tiba mati lampu listrik. Mizan yang sudah menyendukkan nasi ke piringnya, dan akan menyendukkan gulai daging kambing, terpaksa diam. Ja Limbat sudah kesal. Piringnya belum diisi apa-apa. Habislah nanti daging kambing yang di-gulai itu diambil Mizan. Tinggal kuahnya yang disisakan.

Ketika lampu teplok dinyalakan, langsung saja Ja Limbat mengambil mangkok yang berisi gulai daging kambing itu. Mizan heran. Katanya, "Mengapa kau ambil gulai daging kambing itu? Kau belum menyendukkan nasi di piringmu."

Ja Limbat selalu ada akal. Katanya, "Maklumlah mataku agak rabun kalau mati lampu listrik. Jadi, aku tak tahu mana nasi dan mana gulai." Ada-ada saja kawan kita ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun