Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bangkai

19 Juli 2019   09:26 Diperbarui: 19 Juli 2019   09:39 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Sejak malam itu aku menutup pintu rumah untuk yang namanya ngerumpi. Istri kularang juga berbuat demikian, kendati ada arisan di rumah kami. Untuk menutupi hasrat ngerumpi, arisan diselingi ceramah keagamaan.

"Sombong sekali tak pernah lagi kau ajak kami ke rumahmu!" Seorang teman menegurku.

"Oh, ya... maaf. Nanti kalau ada pengajian di rumahku, kau dan teman-teman akan kuajak."

"Wah, sudah jadi ustadz ya sekarang!"

Aku cengengesan. Seorang-dua temanku yang senang ngerumpi, tiba-tiba menjauh dariku. Teman-teman istriku juga mulai berbuat sama. Tapi itu lebih baik bagi kami.

"Sudah sebulan lebih, apakah ada yang kita lupakan ya, Pak?" Suatu senja istriku berkata setelah selesai mengaji Al Qur'an.

"Lupa apa?" tanyaku.

"Itu lho, Pak! Bau bangkai! Kenapa bau bangkai itu hilang dengan sendirinya tanpa kita sadari, ya?"

"Oh, iya! Kok kita tak sadari itu, ya?"

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun