Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sumber Air Mata

16 Februari 2019   09:52 Diperbarui: 16 Februari 2019   10:13 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Giliran nasi goreng kucicipi, kini tak sadar mataku mendelik. Nasi goreng itu terasa seperti air mata. Apakah aku gila? Apakah istriku menyeduh kopi dengan air matanya? Apakah nasi goreng itu digoreng dengan minyak dan bumbu air mata?

Tak ingin istriku kecewa, kuhabiskan hidangan pagi yang langka itu. Selepas mengecup keningnya, aku berangkat ke kantor dengan perasaan sedikit lega. Begitupun kopi dan nasi goreng berasa air mata itu menyela-nyela pikiran.

Saat sedang menikmati jatah makan siang di kantor, ponselku mendadak berbunyi. Tertera nama Ima, istriku, di layarnya. Hmm, perubahan baru, untuk pertama kali setelah meninggalnya Rukat, dia meneleponku.

"Ada apa Ima?" tanyaku lembut.

"Igor, ini Ibu. Ibu harap kamu jangan menangis. Yang tabah, Nak?"

"Ada apa dengan Ima, Ibu?"

"Pulanglah segera. Ibu harap kamu jangan menangis!"

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun