Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pagi Itu

3 Maret 2021   09:47 Diperbarui: 3 Maret 2021   09:53 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi itu dulu
gempita dunia dalam tasbih
suka ria mengapung angkasa
menara ditinggikan
masjid dipenuhkan
siar memenuh langit
kami berlabuh pada bulan-Mu yang suci
setelah lelah berlayar
di dunia yang terkadang punah iba pada jiwa
sebelas bulan yang ganjil

pagi ini ada yang beda
dunia terkurung dalam coba
ke mana gema melabuh
jejalan tasbih penuhi kabut mega
kehilangan masjid-masjid
hilang ceria di pintu ketika mengunci
pertarungan membunuh waktu bebas
saat menyendiri pada kata alpa
membiarkan dunia berbenah luka
aku tersesat wajah-wajah duka

tetap merawat rindu pada jiwa
segala hal yang dibenci pasti ada kebaikan
mengulur sulur doa dari pintu tertutup
masih ada jendela melihat dunia

alangkah indah bunga-bunga,
dunia seakan bersemi dalam pot sempit
jiwa dipupuk pada sunyi ketika tetap ramai
bersama Dia
risau pada ramai yang terkadang sunyi berdua
bersama Dia

berjuang untuk tersenyum sementara gairah itu diteduhkan di luar sana
gairah di dada tetap bersemi
harap itu duka berlalu
rindu semakin tumbuh bersimpuh di kaki ibu juga ayah
saat gaung itu menggema; semakin dewasa kau, nak.

Plg, 2002'20

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun