Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Rojaki

1 Maret 2021   13:41 Diperbarui: 1 Maret 2021   14:20 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Hampir empat belas hari. Harapan telah punah. Titis kembali menjadi langganan perempatan di bawah pohon randu meranggas. Di sekitar situ banyak kupu-kupu baru yang baru lepas dari kepompong. Titis tidak lagi tenar. Sedikit yang menawar, meski sudah banting harga. Dia kembali ke rutinitas awal, mempersembahkan bapak paruh waktu untuk Ato.

Pertanyaan-pertanyaan bocah mungil itu bagai memecahkan gendang telinganya. Selalu tidak jauh-jauh dari Rojaki. Rojaki dan Rojaki. Alam pun turut mengejek : mana suami pujaanmu? Nikahnya batal, ya?

Rojaki sudah meneleponnya. Rencana pernikahan mereka ditunda. Dia kembali harus mendekam di penjara karena kompas-mengompas.

"Mana janjimu, Bang? Bukankah kau tidak akan mengompas lagi?"

"Maafkan abang, Dek. Abang mengompas karena ingin melingkarkan cincin emas belah rotan di jari manismu."

Sial!

Di rusuk rumah Titis menggeram mengingat itu. Dia banting sekuatnya celana Ato. Buih sabun berhamburan Dia bagaikan singa betina. Tapi perlahan dia luluh. Pelan-pelan menyikat celana itu. Memasukkannya ke ember cucian, bergabung dengan pakaian lain.

Dia bertopang dagu. Kenapa harus ada cerita cincin emas belah rotan? Kenapa mesti kompas-mengompas? Kalau tidak tidak karena itu, dia sudah memiliki suami penuh waktu. Gendang telinganya pun tidak perlu mendengar pertanyaan dari mulut mungil Ato tentang Rojaki.

Dia seketika menjerit manakala ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya. Ular! Ular! Namun dia akhirnya terkejut senang karena melihat lelaki gempal hitam yang telah memeluk pinggangnya. Apakah dia bermimpi? Bagaimana Rojaki bisa bebas?

Lelaki itu pindah ke samping titis, membantu menyikat pakaian yang masih kotor. Buih sabun berhamburan. Sesekali Titis memercikkan buih sabun ke wajah Rojaki. "Kenapa bisa kau bebas, Bang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun