hujan memaku kaca jendela
aura kopi kehilangan rupa
barista garamilah hambar rasa
penggilingan memisah duka
meja sudut tumpah rasa suka
nyala lilin tak meredup gairah
adakah pikiranmu masih di semak?
akan kupangkas rasa
memeluk di sepagut hasrat
Nopember pertengah
tak ada lelah menunggu hujan
kemarau telah membuat bertahan
hujan di luar menjadi teman
manik rambut itu basah
gairah kuyup dan tuah rindu
asalkan kuyup mata tak harus mengajari
meminta maaf dari kenangan yang terluka
Re, kureguk melodi espresso
kau tuang latte
bara cinta masih membekap tungku
hangat rindu
barista jelanak asrama
basah kita akan kenangan hujan
asap menggantung daun
tunggulah reda
waktunya tetap untuk balas dendam
Di sini sesak itu berganda
sesak asap meluka
sesak rindu ingin memelukmu
Sapta, 121119