Mohon tunggu...
Tankulava
Tankulava Mohon Tunggu... Guru - Rifai el-Carbon

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN-SU

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Surat yang Terakhir: Kabar Gembira

13 Oktober 2020   14:41 Diperbarui: 13 Oktober 2020   14:43 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini yang ibu suka dari kelas ini, tidak hanya pintar-pintar, namun memiliki ambisi yang kompetitif" Sahut Ibu Jenny senyum menatapi semua siswa "Kompetisi bukan hanya menentukan siapa pemenang dan bukan pula jawara itu lebih baik dari yang lain, karena diatas yang terbaik ada lagi yang lebih baik. Kompetisi itu gunanya untuk mengasah sampai dimana kemampuan seseorang dan untuk mengembangkan kemampuan tersebut" Sambung Ibu Jenny.

"Bu, perlombaannya kan banyak. Apakah kami boleh mengikuti dua atau lebih perlombaan" Tanya Amat.

"Boleh. Tidak ada yang melarangnya, tetapi untuk mencapai juara kita harus fokus terhadap tujuan utama kita. Dengan syarat harus lulus seleksi". Semua siswa kembali tertawa mendengar intonasi Ibu Jenny yang berbicara lucu.

Jalanan yang tadinya sepi kini menjadi ramai akibat jam anak sekolah sudah berkhir. Semua berjalan kaki memenuhi sepertiga jalan raya. Tiga orang bersahabat turut serta dalam khalyak ramai di jalan raya tersebut, namun mereka hanya bertiga yang berjalan bersebelahan. Tidak hanya mereka SMA 2 pun telah habis jam sekolahnya. Semua siswa dan guru melewati gebang sekolah.

Faldi memperhatikan satu persatu orang yang berjalan melawan arah dengan mereka, berharap dapat berjumpa dengan Nora walau hanya tatap muka. Siai-sia, gadis yang diharapkan tidak kunjung terlihat hingga mereka melewati gerbang SMA 2 sampai di kejauhan. Hatinya masih gelisah. Entah apa yang sedang terjadi, dia selalu ingin bertemu gadis itu. Hati terus berontak seakan tidak bisa berdamai dengan rasan ingin membuang angan-angan tersebut.

"Bagaimana kalau kita ikut seleksi untuk pertandingan sepak bola" Ucap Bily memecah keheningan.

"Ide bagus sih, biar kita terus bisa bersama" Sahut Amat. "Tapi kan kata ibu Jenny tadi boleh mengikuti seleksi beberapa perlombaan" Sambungnya.

"Woyyy...melamun terus kerjamu" teriak Bily kepada Faldi yang hanya diam dari tadi.

"Memangnya setiap diam itu melamun namanya" Jawab Faldi.

"Dari tadi diam aja sih. Emang mikirin apa sih"

"Gak ada, Cuma malas ngomong aja"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun