Mohon tunggu...
M ElhamFathurrahman
M ElhamFathurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

خير الناس أنفعهم للناس

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hubungan Interaksi Sosial Masyarakat Jambi dalam Menerima Keberadaan Suku Kubu

29 September 2022   23:30 Diperbarui: 29 September 2022   23:36 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jambi adalah salah satu provinsi yang memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan provinsi lainnya. Salah satunya karena nama Provinsi ini sama dengan nama Ibu Kotanya. Adapun secara geografi letak Provinsi Jambi berbatasan dengan Provins Riau di Sebelah Utara. Dalam hal ini Suku Anak dalam dijambi disebut sebagai suku kubu, sedangkan masyarakat asli disana menyebutnya dengan Suku Rimba.

Sejarah Suku Anak Dalam atau SAD masih penuh misteri, bahkan hingga kini tak ada yang bisa memastikan asal usul mereka. Hanya beberapa teori, dan cerita dari mulut ke mulut para keturunan yang bisa menguak sedikit sejarah mereka. Menurut tradisi suku anak dalam mereka merupakan orang maalau sesat, dan meninggalkan keluarga dan lari kehutan rimba disekitar air hitam. mereka menyebutnya moyang segayo. Sedangkan tradisi lain mengatakan suku kubu berasal dari pegaruyung, sumatera barat yang berimigrasi mencari sumber-sumber penghidupan yang lebih baik . Ini diperkuat kenyataan adat suku anak dalam punya kesamaan bahasa dan adat dengan suku minang kabau seperti sistem matrilineal.

Suku Kubu atau juga bisa dikenal dengan Suku Anak Dalam merupakan panggilan untuk masyarakat yang tinggal di kawasan hutan dataran rendah di provinsi Jambi. Kubu berasal dari kata ngubu atau ngubun dari bahasa Melayu yang berarti bersembunyi di dalam hutan. Orang sekitar jambi menyebut suku ini sebagai "Suku Kubu". Namun, baik Orang kubu itu sendiri tidak ada yang menyebut diri mereka bahkan kelompok mereka sebagai Suku Kubu. Oleh karena itu, panggilan ini kurang disukai oleh mereka karena ada unsur menghina.

Setiap masyarakat yang hidup di dunia ini akan sangat sensitif dengan hinaan atau cacaian, begitupula degan kehidupan suku anak dalam yang berkomitmen untuk tidak ingin dihina. Bahkan apabila di luar suku anak dalam melihat mereka dengan meludah, atau merasa jijik. Ludah tersebut anak mereka jilat (ambil) dan seketika lambat laun kita orang yang meludah menjadi gila itu merupakan mitos yang diyakini warga sekitar.

Mata pencarian suku kubu kebanyakan adalah berburu babi dan juga mengambil hasil hutan. mereka mempunyai Senjata untuk berburu dan melindungi diri antara lain lembing kayu, tombak bermata besi,dan parang, walaupun banyak yang dari mereka sekarang telah berkembang seperti memiliki lahan karet dan pertanian lainnya. bahkan terkadang ada beberapa suku kubu suka mencari tanaman ataupun buah buahan dari perkebunan milik warga. Mereka seperti itu karena memegang prinsip dasar apa yang tumbuh dalam adalah milik mereka bersama. Namun, banyak juga suku Anak Dalam yang sudah berkembang seperti penggunaan sepeda motor dan senjata api rakitan (kecepet).

Interaksi sosial antara masyarakat umum sama kubu tidak juga begitu mulus seperti yang kita harapakan seperti hidup rukun, namun terkadang mereka suku kubu sering mencari masalah seperti yang kami sebutkan diatas yaitu mencuri hasil tanaman atau buah-buahan dari perkebunan masyarakat. sehingga para warga pun ada yang marah dan kesal terhadap hal seperti itu. bahkan ada dari masyarakat kontra sama suku kubu. dibalik itu semua ada juga sebagian dari mereka yang sudah bersekolah bermoral bahkan sering berinteraksi dengan sebagian masyarakat.

Budaya suku anak dalam sangat lah unik yaitu  Suku anak dalam memiliki kebudayaan dengan menganut kepercyaan anisme yang artinya masih percaya dengan keadaan roh-roh jahat, Suku anak dalam memiliki kebudayaan dalam kelahirannya selalu di tandai dengan menanam pohon besar. Pohon ini sebagai tanda bahwa kehidupannya akan bisa mengayomi dan juga sebagai tanda bahwa suku anak dalam selalu menjaga keletarian alam, dan Suku anak selalu berpindah-pidah dari satu tempat ke tempat yang lainnya, sesuai dengan kondisi alam yang ada di lingkungan.

Masyarakat yang berada dalam suku anak dalam terkenal memiliki tingkat ilmu yang tinggi. Mereka sakti bukan hanya soal melawan hewan akan tetapi sakti  untuk bertahan hidup di hutan. Proses kehidupan yang dijalankan ini seringkali membuat mereka tidak dapat terkalahkan.

Hutan bagi suku kubu adalah segalanya tidak hanya sebagai sumber penghidupan, tetapi juga sebagai wahana kehidupan sosial budaya mereka. Oleh karena itu, mereka mengembangkan berbagai budaya agar dapat mengatur kelestarian hutan. Sebab hutan sangat erat kaitannya dengan jati diri mereka. Mereka mengidentikan diri dengan "orang rimba" atau "anak dalam". Oleh karena itu, jika  ada anggota kelompoknya yang menyimpang dari ajaran-ajaran atau budaya nenek moyangnya, yang bersangkutan dianggap pengkhianat atau bukan bagian dari mereka .  

Kehidupan suku anak dalam pada saat ini tidak terbelakang seperti pada zaman dulu yang meninggalkan dunia luar dan pergaulan dalam masyarakat. Karena pada tahun 2016 ada warga Suku Anak dalam yang menjadi Anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia).
Kabar mengenai suku anak dalam yang menjadi TNI ini berujung  viral dalam media sosial dan berita-berita nasional. Hal ini bukan hanya di dasari pada bentuk orangnya akan tetapi dari sikap yang dimilki masyarakat dalam artian sudah mulai terbuka dan menerima keberadaan mereka.

Sumber refrensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun