Cincin Gyges dan fenomena kasus korupsi di Indonesia :
Â
Anonimitas dan Keheningan:
     Jika seseorang merasa dapat melakukan tindakan korupsi tanpa diketahui oleh pihak berwenang atau masyarakat, dorongan untuk melibatkan diri dalam praktek-praktek korupsi dapat meningkat. Cincin Gyges, sebagai simbol anonimitas, dapat merefleksikan keadaan di mana orang merasa aman untuk bertindak tanpa ketahuan.
Â
Ketidakpercayaan Terhadap Penegak Hukum:
     Jika keyakinan masyarakat terhadap efektivitas penegak hukum rendah, seseorang mungkin merasa yakin bahwa pelanggaran hukumnya tidak akan diungkap atau dihukum. Hal ini dapat mendorong perilaku koruptif karena pelaku merasa dapat menghindari konsekuensi.
Â
Kultur Nepotisme dan Kepotongan:
     Jika terdapat budaya yang merangkul nepotisme, suap-menyuap, atau praktik-praktik koruptif di berbagai lapisan masyarakat, individu mungkin merasa bahwa melakukan tindakan korupsi adalah hal yang lumrah dan dapat diterima. Dalam konteks ini, seseorang mungkin merasa "seperti memiliki Cincin Gyges" karena praktek-praktek tersebut tidak dianggap tabu.