Setibanya di Astina, Bima kembali menemui Drona, sang gurunya. Drona menjelaskan bahwa Bima telah pergi ke samudra yang sama, di mana ia bertemu dengan Dewa Ruci, seorang dewa kerdil yang wajahnya mirip dengan Bima sendiri. Ukuran Dewa Ruci tidak lebih besar dari telapak tangan Bima. Dewa Ruci memerintahkan Bima untuk memasuki telinga kirinya, dan dengan keajaiban, Bima berhasil memasuki telinga dewa kerdil tersebut. Di dalamnya, Bima menemukan dunia yang luas dan penuh misteri.
Dewa Ruci menjelaskan kepada Bima bahwa air kehidupan sebenarnya terletak di dalam diri manusia itu sendiri, bukan di tempat lain. Saat Bima melihat cahaya berkilauan dan berwarna-warni melengkung, Dewa Ruci mengungkapkan bahwa itu adalah kemampuan manusia untuk berwaspada, yang disebut sebagai Pramana.
Pramana ada dalam diri manusia tetapi tidak ikut merasakan sukacita atau kesedihan. Ia tinggal di dalam tubuh, tidak memerlukan makanan atau minuman, dan tidak merasakan sakit atau penderitaan. Dewa Ruci juga memberikan penjelasan mengenai Sukma Sejati serta persatuan antara manusia (kawula) dan pencipta (Gusti). Mendengar kata-kata Dewa Ruci, Bima merasa penuh kebahagiaan.
Nilai Karakter dalam Serat Dewa Ruci :
- Religius
Tumbuh kembangnya nilai-nilai kehidupan religius tercermin dalam ajaran yang mengintegrasikan keyakinan (aqidah), ibadah, dan perilaku moral (akhlak) sebagai panduan utama dalam mencapai kesejahteraan, serta kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Dalam konteks ini, tawakal atau berserah diri kepada Tuhan menjadi prinsip fundamental dalam karakter religius. Menurut ajaran Islam, tawakkal merupakan titik penyelesaian terakhir setelah melakukan usaha atau perjuangan. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa tawakal bukan berarti penyerahan mutlak kepada Tuhan, tetapi harus dipahami sebagai bentuk penyerahan yang didahului oleh upaya manusiawi.
Sebagai contoh yang relevan, dalam perjalanan spiritualnya, Bima menghadapi serangkaian ujian yang membingungkan. Seperti yang terungkap dalam Serat Dewa Ruci pupuh III Sinom 18-19, perjalanan Bima dalam mencari Air Kehidupan melibatkan melewati berbagai rintangan, namun ia tetap menjunjung tinggi ketakwaannya kepada Tuhan dengan tulus berserah diri. Meskipun demikian, Bima tetap memahami bahwa usaha dan kerja keras adalah bagian penting dalam perjalanan tersebut, sementara keputusan akhir sepenuhnya ditujukan kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, keseimbangan antara upaya manusiawi dan tawakal kepada Tuhan tercermin sebagai landasan kuat dalam mencapai tujuan hidup.
- Jujur
merupakan ciri terpuji yang menjadi landasan utama dalam tegaknya moralitas dalam agama maupun dunia. Sifat kejujuran adalah akar dari perilaku yang terpuji. Jujur juga berarti memberikan informasi yang akurat dan sesuai dengan kenyataan. Kejujuran membawa ketenangan dan kedamaian dalam hati. Saat seseorang berbicara jujur, tidak akan ada rasa ketakutan atau kekhawatiran bahwa sesuatu yang disembunyikan akan terbongkar. Orang yang jujur tidak akan pernah dengan sengaja merugikan orang lain. Mereka yang jujur biasanya dapat dipercaya dan bertanggung jawab dalam tindakan mereka, serta cenderung bersikap adil terhadap semua orang di sekitarnya.
Kejujuran adalah sifat terpuji yang menjadi pilar utama dalam menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan sehari-hari. Sifat jujur juga tercermin dalam kedisiplinan Bima sejak awal pembelajarannya dengan Guru Durna. Dalam proses belajar, Bima konsisten hadir tepat waktu dan menunjukkan komitmen penuh dalam menyerap pelajaran, berlatih dengan tekun, dan menghargai waktu dengan baik. Karena dedikasinya yang luar biasa, Bima menjadi murid favorit selain Arjuna di mata Guru Durna.
Bima menjalankan setiap perintah gurunya dengan tekad yang bulat, tanpa ada keraguan sedikit pun. Baginya, setiap tugas yang diberikan oleh Guru Durna merupakan hal yang benar, dan ia berkomitmen untuk menyelesaikannya dengan penuh keyakinan. Meskipun Bima menyadari bahwa beberapa perintah tersebut tampaknya tidak mungkin untuk dilaksanakan, namun ia tetap mematuhi petunjuk gurunya.
- Disiplin
adalah cerminan dari ketaatan yang dilakukan secara sadar, bukan hanya karena adanya peraturan atau paksaan dari luar. Namun, di tengah kenyataan, terkadang disiplin seseorang dipengaruhi oleh tekanan eksternal atau aturan yang terasa membatasi. Hal ini terkadang juga dialami oleh Bima, di mana ia dipaksa untuk patuh pada perintah yang kelihatannya tidak mungkin dilaksanakan, tetapi ia tetap melakukannya dengan penuh tanggung jawab dan kesetiaan pada guru.
- Kerja Keras
Hidup merupakan perjalanan yang penuh perjuangan, di mana usaha dan kerja keras menjadi kunci utama untuk mengatasi setiap rintangan. Tanpa tekad dan upaya yang sungguh-sungguh, manusia akan kesulitan memenuhi berbagai kebutuhan dan meraih cita-cita yang diimpikan. Karakter kerja keras sendiri merupakan refleksi dari ketekunan dan keteguhan hati seseorang dalam mengejar tujuan dan impian mereka. Bima, tokoh pahlawan dalam kisah pewayangan, juga menjadi contoh nyata dari karakter pekerja keras ini.