Mohon tunggu...
Riduan Situmorang
Riduan Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Riduan Situmorang seorang alumni dari SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos P. Siantar dan sedang kuliah di FBS Unimed. Lahir di Simandampin, 31 Desember 1987

Selanjutnya

Tutup

Money

Karena Toko Berjalan Itu Adalah

24 Desember 2019   22:06 Diperbarui: 24 Desember 2019   22:51 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saya suka menulis. Suka sekali. Menulis sudah serupa hobi. Maka itu, tak jarang saya mengikuti lomba menulis. Sesekali menang, lebih sering kalah (hehehe). Namun, saya tak pernah menyerah. Hampir setiap ada lomba menulis, saya selalu ikut. Suatu kali, saya pernah ikut lomba menulis. Tulisan yang dilombakan adalah tulisan yang pernah dimuat di media. Jadi, bukti fisik pemuatan di media harus dikirim melalui paket. Saya pun mengirimnya. Ketika tiba pengumuman tulisan siapa yang sudah masuk, saya amat kecewa. Tulisan saya ternyata tak sampai-sampai. Padahal, tulisan itu sudah jauh-jauh hari saya kirimkan. Otomatis, saya kalah.

Lomba berikutnya, paket saya kirim dari J n T. Ini bukan soal karena saya percaya J n T. Ini karena saya pernah belanja online dan mereka mengirimkannya lewat J n T. Ketika tulisan saya terbit di beberapa media online, seorang kawan pun mengirimkan buku-buku kepada saya melalui J n T. Paket itu cepat sampai. Dan, kalau ada lomba menulis, jika tulisan harus dipaketkan, saya pun memilih mengirimkannya melalui J n T. Memang, tak ada bedanya dengan mengirimkan melalui perushaan setipe yang lain. Soalnya, saya tetap kalah, kok (hahahaha).

Nah, poin saya sebenarnya sederhana: kepercayaan. Kepercayaan itu mahal. Apalagi kepercayaan itu sangat dekat dengan kekecewaan. Sekali tak percaya, maka hampir selamanya akan tak percaya lagi. Di era global ini, kepercayaan menjadi segalanya. Bisnis online, misalnya, lebih mengandalkan kepercayaan. Mana mungkin ada penjual yang rela barangnya dibayar di tempat setelah dikirim jauh-jauh kalau bukan karena kepercayaan? Siapa tahu pas di tempat, barang itu malah tak dibayar. Rugi bukan?

Mana mungkin pembeli rela membeli paket jauh-jauh kalau tak percaya, dan sebagainya, dan sebagainya? Sayangnya, kepercayaan itu sesuatu yang tak bisa diukur dengan akurat. Kepercayaan itu sangat abstrak. Nah, di sinilah tantangan pebisnis online: membuat kepercayaan menjadi sesuatu yang dapat diukur. Namun, ini tak sesederhana bagaimana penjual harus percaya pada pembeli dan pembeli harus percaya pada penjual. Sebab, ada satu elemen penting di antara penjual dan pembeli, yaitu distributor. Peran distributor ini amat penting dan menentukan.

Salah memilih distributor akan berdampak banyak hal: pembeli tak percaya pada penjual, juga pada distributor.      Apalagi di masa digital ini, transaksi tak lagi melulu tatap muka. Transaksi sudah lebih banyak berbasis aplikasi. Bahkan, Indonesia termasuk negara yang paling cepat dengan sistem transaksi seperti ini. Setidaknya, dalam data yang dilansir dari data Google Tamasek e-Conomy SEA, pertumbuhan e-commerce Indonesia paling tinggi se-ASEAN. Ini mengandung arti bahwa peran jasa logisitik menjadi sangat menentukan.

Jasa logistik ini tak lagi sesederhana apakah barang kiriman akan sampai atau tidak. Patut diingat, ke depan, mekanisme pasar akan lebih banyak mengandalkan aplikasi. Karena itu, distributor logistik harus sampai pada pemikiran bagaimana mengirim barang dengan cepat, aman, dan tetap awet dan terawat. Kecepatan menjadi sangat perlu. Dalam hal ini, definisi kepercayaan tak lagi sebatas barang akan sampai. Definisi kepercayaan harus dibuat menjadi sesuatu yang konkret dan terukur.

Di sini, distributor harus memberi jaminan kepada konsumen melalui diberinya kemudahan untuk memantau barang: mulai dari pengemasan, pengiriman, perjalanan, hingga pada sampainya kiriman. Dengan sistem ini, pemesan dan pengirim barang bisa memantaunya melalui gadget masing-masing. J n T sudah mempunyai sistem ini di mana pengirim dan penerima bisa memantau pesanannya melalui aplikasi real time tracking. Pemantauan seperti ini sangat penting, apalagi bagi para pedagang.

Dengan bisa melihat posisi barang kiriman, pedagang bisa langsung memasarkan dagagannya, bahkan sebelum barang kiriman tiba. Sekali lagi, di masa digital ini, distributor tak bisa hanya memastikan kiriman tiba, tetapi juga harus sampai pada kecepatan dan keterpantauan barang. Saat ini, berbagai distributor sudah mulai membuat mekanisme keterpantauan barang. Rata-rata pengirim barang tak lagi terlalu khawatir apakah barang kiriman lelet tiba, atau malah tak sampai seperti kisah saya di awal tulisan ini.

Namun, bagaimana pun, pengirim dan penerima barang selalu saja ingin tahu di mana keberadaan barang kiriman mereka. Dan, itu terjawab melalu aplikasi, seperti yang dibuat J n T melalui skema real time tracking. Walau begitu, baik pengirim maupun penerima barang, mereka selalu ingin data yang verbal, tidak hanya lokasi semata. Dalam hal ini, pengirim dan pemesan barang menginginkan komunikasi dua arah dan cepat, bahkan real time. Hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan medsos. Apalagi, hampir semua lembaga pada masa kekinian mempunyai akun medsos masing-masing.

Namun, sangat sering akun medsos itu hanya digunakan sebagai media iklan saja. Akun itu tak pernah benar-benar aktif. Pesan-pesan dari pengunjung tak disahuti dengan baik dan cepat. Kalaupun disahuti, rentang waktunya jauh, bahkan ketika pengunjung sudah tak membutuhkan informasi itu lagi. Informasi jadi basi. Nah, di titik ini, pihak distributor harus jeli. Distributor tak bisa hanya mencukupkan dirinya sebatas memberikan keterpantauan kepada para konsumen. Distributor harus aktif menjawab pertanyaan konsumen.

Sudahlah, tak bisa diragukan lagi, dan agaknya tak berlebihan jika saya menyebut peran distributor itu ibarat gudang berjalan. Distributor itu ibarat toko. Dan, memang, distributor itu adalah toko yang berjalan. Toko tanpa komunikasi, apalagi tanpa keterpantauan akan sepi, tentu saja. Di masa depan, toko-toko ini menjadi pilihan banyak orang. Saya, misalnya, berkeinginan memasarkan salah satu produk dari Humbang Hasundutan, Bandrek Andaliman (Bandal) ke berbagai pelosok di negara ini. Bandrek Andaliman masih lumayan asing. Namun, jika disertai dengan distibusi barang yang tepat, barangkali ke depan, Bandal akan semakin bisa diandalkan.

Jangan-jangan pula, jika kemarin-kemarin tulisan saya itu terkirim, saya akan menang? Hahahaha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun