Mohon tunggu...
Riduan Saragih
Riduan Saragih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Manusia yang penuh canda dan tawa, senang bergaul dan Humoris Pastinya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Konsekuensi bagi para Mahasiswa “Kelelawar”

28 September 2014   23:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa senggang, aktifitas dalam menghabiskan waktu dalam seharian bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan, kalau umumnya bagi anak-anak kosan acara kumpul bareng sambil memainkan beberapa kartu adalah hal yang sangat wajar. Kegiatan ini bukanlah termasuk kategori perjudian, dikarenakan permainan ini hanya sebatas seru-seruan saja tanpa menggunakan uang sebagai taruhan. Hukuman bagi mereka yang kalah yaitu Budaya mengenakan helm saat permainan. Opsi ini yang banyak dipergunakan selain menggendong botol, minum air Galon dengan jumlah gelas yang ditentukan sampai kuping dijepit dengan Penjepit jemuran, bahkan bukan hanya dikalangan mahasiswa anak kos-kosan saja pilihan-pilihan hukuman ini diberlakukan, tetapi para Bapak-bapak tetangga sebelah yang juga sedang menunggu matahari terbit menggunakan hal unik ini.

Tidak lupa larutan penyemangat sang “penolak kantuk” yang selalu diharapkan kehadirannya, siapa lagi kalau bukan segelas kopi hitam hangat. Mengumpulkan uang bersama-sama dari kantong setiap teman yang ada merupakan hal wajib yang harus dilakukan, prinsip Gotong royong dan kebersamaan tetap dijalankan. Dari kita, oleh kita dan untuk kita. Inilah yang menjadi landasan utama dalam pengumpulan dana dari masing-masing teman-teman yang sedang berkumpul. Jika ada teman yang tidak memiliki uang, hal patungan ini tidaklah dipaksakan. Namun ada beberapa konsekuensi yang didapatnya.

Dalam hal penjemputan atau membelanjakan hasil uang patungan ada pula metodenya. Pertama, ialah bagi mereka yang tidak punya kegiatan, atau diluar yang sedang memainkan kartu. Kedua, dari antara teman-teman yang memiliki tingkat semester yang paling bawah atau muda. Ketiga, dari antara teman-teman yang tidak ada kontribusinya tadi, memang bukan dipaksakan namun perlu sedikit kesadaran atau bahasa kriminalnya Tau Diri-lah. Hehee…

Mencari warung yang masih buka pada saat waktu orang lain asyik berlayak ke pulau kapuk bukanlah hal yang mudah. Tetapi prinsip utama yang tetap dipegang yaitu “pantang pulang sebelum membawa belanjaan ditangan”. Nah ketika belanjaan telah sampai, terkadang teman yang membelanjakan tadi jugalah yang menyediakan dan menyiapkan kopi kepada mereka yang sedang asyik-asyiknya bermain kartu tadi. Hal ini memang dilakukan dengan penuh kesadaran dan juga memiliki rasa segan yang sangat tinggi. Tidak ada istilah tamu wajib dilayani, semua sama saja, yang namanya konsekuensi harus tetap dijalani. Lagi-lagi hal ini bukan dipaksakan, melainkan sukarela namun memakai sedikit kesadaran, hehee…sama saja “Dipaksa”.

Bukan satu atau dua jam permainan ini dijalankan, biasanya sampai sinar matahari pagi memasuki ruang kamar ditempat berkumpul. Bagaimana tidak, yang namanya begadang merupakan kebiasaan yang setiap malamnya rutin dilakukan. Lingkaran hitam diselaput bola mata tidak lagi terlihat begitu menyeramkan, tetapi inilah efek dari mata yang tidak bisa terpejamkan.

Keunikan dari yang sering begadang diantaranya, kebal terhadap penyakit dan tahan terhadap rasa lapar (iya apa…???). Mungkin belum saatnya para begadang lovers menderita dan penyakitan, mungkin setelah tua nanti. Tetapi toh juga, saat tua nanti kan ada istri yang setia memperhatikan. Heheee… #Salam_Perkawanan

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun