Mohon tunggu...
Rido Nugroho
Rido Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Public Policy and ESG Enthusiast

Tulisan adalah awal dari perubahan, tulisan dapat memengaruhi pikiran, hati, dan tindakan orang banyak. Semua dimulai dari tulisan untuk merubah dunia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tujuan Pemberian Feedback Bukan Menghakimi

16 Januari 2023   05:53 Diperbarui: 16 Januari 2023   06:04 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat merasa ada anggota tim yang bekerja dengan performa yang tidak ideal, seringkali kita enggan memberikan feedback dan cenderung mendiamkannya, karena takut menyinggung perasaan rekan kerja kita.

Memberikan feedback bukanlah hal yang sederhana, keahlian tersebut bahkan menjadi sebuah subjek studi yang sudah dilakukan selama puluhan tahun.

Sebuah feedback yang jujur tidaklah cukup dalam suatu organisasi. Sebuah feedback punya tujuan untuk membantu orang tersebut jadi lebih baik. Feedback seperti ini butuh lebih banyak hal dari hanya kejujuran.

Salah satu cara yang paling umum dalam memberikan feedback adalah membuka dengan hal yang positif, diikuti dengan hal yang perlu ditingkatkan, lalu ditutup dengan hal yang positif. Pemberian feedback dengan struktur ini biasa disebut feedback sandwich.

Teknik seperti ini bisa membantu menyampaikan feedback yang sulit. Tapi tentu saja, tak dapat mengalahkan sebuah ketulusan.

Kamu bisa memilih teknik favorit kamu. Namun, jika kamu hanya menggunakan feedback sebagai alat untuk menghukum atau melampiaskan kekecewaan, maka sang penerima bisa mengetahuinya, serta membuat keadaan tambah buruk.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan feedback.

1. Memberikan Penilaian secara Adil

Mungkin performa salah satu anggota tim kita tergolong buruk. Secara alamiah, ini akan jadi bahan utama dalam diskusi, tapi pastikan kita melihat gambaran besarnya.

Apakah ini terjadi secara terus-menerus, atau hanya satu kali? Apakah ini adalah masalah yang mendasar, atau ada variabel lain yang berperan dan itu bukan berasal dari orang tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun